Sabotase atau Bukan, Kasus Kulit Kabel Buktikan Jakarta Amburadul

Siswanto Suara.Com
Jum'at, 04 Maret 2016 | 11:08 WIB
Sabotase atau Bukan, Kasus Kulit Kabel Buktikan Jakarta Amburadul
Petugas Suku Dinas Pekerjaan Umum Tata Air Jakarta Pusat mengangkat kulit kabel di gorong-gorong [suara.com/Welly Hidayat]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Senator Fahira Idris mengatakan temuan tumpukan bungkus kabel hingga belasan truk di gorong-gorong Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, yang mengakibatkan banjir di sekitar Istana menandakan masih buruknya sistem dan manajemen pengelolaan dan pemantauan saluran air di Jakarta.

Harusnya, kata dia, menjelang musim hujan, Dinas Tata Air sudah memastikan tidak ada hambatan di semua saluran air sehingga air hujan mengalir lancar.

“Disabotase atau tidak, temuan kulit kabel ini bukti pengelolaan drainase Jakarta buruk. Harusnya menjelang musim hujan, pengecekan semua saluran air dilakukan tiap hari, terlebih di Medan Merdeka Selatan yang kita tahu area ring satu. Kalau rutin dicek tiap hari, tidak mungkin ujug-ujug saluran air bisa tertimbun 12 truk lebih kulit kabel, pasti langsung ketahuan. Memuntahkan kabel sebanyak 12 truk ke saluran air itu butuh waktu tidak sebentar. Itu juga kalau benar disabotase,” ujar senator asal Jakarta melalui pernyataan tertulis yang diterima Suara.com, Jumat (4/3/2016).

Fahira menilai tata ruang Jakarta masih amburadul, ditambah usia drainase yang sudah uzur dan tidak dikelola dengan baik membuat banjir akan terus menyapa warga. Idealnya, sebelum musim penghujan datang, Pemprov DKI Jakarta sudah ada pemetaan permasalahan sehingga persoalan saluran air yang tersumbat, pompa yang tidak berfungsi, listrik yang mati, ataupun tuduhan-tuduhan sabotase, tidak terus menjadi alasan setiap banjir datang.

Fahira mengungkapkan setiap terjadi banjir, wacana yang selalu dilemparkan Pemprov DKI bukan menjelaskan apa yang menjadi solusi agar hambatan yang mengakibatkan banjir bisa diurai dan diselesaikan, tetapi opini-opini lain yang sama sekali tidak menyentuh substansi persoalan.

“Banjir kemarin, kan lebih karena sistem drainase kita tak mampu menampung air hujan, bukan karena air kiriman, karena saya lihat tidak ada sungai yang meluap. Makanya, tidak ada pilihan lain, sistem drainase di Jakarta harus dievaluasi total karena curah hujan dari tahun ke tahun semakin tinggi,” kata Wakil Ketua Komite III Dewan Perwakilan Daerah.

Jika nanti hasil evaluasi sistem drainase di seluruh Jakarta harus dirombak total, maka perombakan harus jadi program jangka pendek karena sudah mendesak. Pemprov DKI Jakarta, kata Fahira, harus punya rencana penanganan banjir yang komprehensif.

“Harus komprehensif. Proyek pengadaan pompa, genset, tanggul, betonisasi, dan lain sebagainya itu, takkan bebaskan Jakarta dari banjir. Anggaran penanganan banjir di Jakarta besar, harusnya sistem drainase bisa lebih baik,” ujar Fahira.

REKOMENDASI

TERKINI