Suara.com - Suara buldozer masih meraung-raung di bekas kawasan prositusi Kalijodo, Selasa (1/3/2016).
Alat-alat berat menggerus bangunan-bangunan kokoh bekas kafe sejak, kemarin, Senin (29/2/2016). Tempat bisnis prostitusi tersebut ditutup karena menempati ruang terbuka hijau.
Nandar (37), salah satu operator alat berat, mengakui tak mudah meratakan bangunan-bangunan di area seluas sekitar empat hektar itu.
"Di sini (Kalijodo) cukup sulit mas, bangunannya rata-rata kokoh. Hampir sulit kami robohkan," kata Nandar kepada Suara.com di Jalan Kepanduan II, Penjaringan, Jakarta Utara, Selasa (1/3/2016).
Nandar mengungkapkan selama proses pembongkaran bangunan, dia mengaku ngeri. Dia ngeri kalau tiba-tiba diserbu preman yang selama ini menjaga Kalijodo.
"Ia mas sempat ada rasa panik, tahu kan, ini daerah rawan," kata Nandar.
Untungnya di sekitar Kalijodo selalu dijaga polisi. Jadi, Nandar masih tetap merasa aman.
Operator alat berat bernama Fikri (40) mengungkapkan yang paling susah adalah menghancurkan kafe. Rata-rata kafe dibuat dengan bahan yang kokoh. Seperti kafe milik penguasa Kalijodo, Abdul Aziz alias Daeng Aziz, bernama Intan.
"Itu kafe Intan bangunan kayak di rumah-rumah komplek mas, beton semua," kata Fikri.
Saking kokohnya, kata Fikri, gigi buldozer sampai ompong gara-gara tak kuat meremukkan beton kafe Intan.
"Itu untuk pengeruknya sempat patah mas satu, tapi kami sudah ganti, memang kokoh bangunannya," kata Fikri.
Fikri menambahkan untuk meratakan kafe milik Daeng Aziz sampai dikerahkan tiga alat berat.
"Itu megah mas kafenya ya, sampai pakai tiga backhoe robohin itu kafe mas," kata Fikri.