Heboh Pencurian Mayat Perempuan untuk Ritual Pernikahan Arwah

Ruben Setiawan Suara.Com
Kamis, 25 Februari 2016 | 13:22 WIB
Heboh Pencurian Mayat Perempuan untuk Ritual Pernikahan Arwah
Ilustrasi kuburan/makam. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Warga di Provinsi Shanxi, Cina, dihebohkan dengan kasus pencurian jenazah perempuan. Diduga, jenazah perempuan tersebut dimanfaatkan untuk ritual pernikahan arwah.

Lansiran Xinhua, pernikahan arwah adalah ritual yang marak dilakukan dia era dinasti feodal. Ritual semacam ini sudah dilarang saat Republik Rakyat Cina didirikan pada tahun 1949.

Berdasarkan kepercayaan setempat, seseorang lelaki lajang yang meninggal harus dimakamkan bersama jenazah perempuan. Biasanya, jenazah perempuan, yang seringkali hanya tinggal tulang-belulang, dirangkai sedemikian rupa dengan kawat, lalu didandani dengan pakaian. Kemudian, jenazah tersebut dimakamkan di samping jenazah si lelaki lajang. Apabila hal tersebut tidak dilakukan, masyarakat khawatir akan datangnya nasib buruk.

Sejak dilarang pemerintah untuk menggunakan mayat sungguhan, masyarakat di pedesaan Cina memanfaatkan boneka atau foto sebagai pengganti. Namun, beberapa waktu belakangan, orang-orang berduit mulai kembali menggunakan mayat.

Untuk menebus sesosok jenazah perempuan yang masih segar, dalam hal ini belum terlalu lama mati, mereka harus merogoh kocek hingga 100.000 Yuan atau sekitar Rp205 juta. Sedangkan, untuk jenazah perempuan yang sudah dimakamkan selama berpuluh-puluh tahun, mereka cukup membayar dengan harga 5.000 Yuan atau sekitar Rp10 juta.

"Saya awalnya berpikir menggunakan boneka perempuan dari tepung, tapi menurut tetua kampung, hanya mayat sungguhan yang bisa mencegah nasib buruk," kata seorang warga desa yang membeli mayat perempuan untuk dimakamkan bersama kakak lelakinya.

Berdasarkan hukum pidana Cina, mereka yang terbukti mencuri dan menjual jenazah dapat dikenai sanksi penjara maksimal tiga tahun. Nyatanya, hukuman yang terbilang ringan tersebut tidak mampu membuat para perampok makam jera.

Dalam tiga tahun terakhir, sudah ada sedikitnya tiga lusin kasus pencurian mayat perempuan. Wakil Direktur Kepolisian Hongtong Lin Xu mengatakan, pencurian seperti itu sulit diselidiki karena polisi kerepotan mencari bukti.

Seorang warga desa yang kehilangan jenazah ibunya bulan Maret silam mengaku telah menghabiskan sedikitnya 50 ribu Yuan untuk menemukan kembali jenazah sang ibu.

Pencurian tersebut menimbulkan kepanikan di sekitar wilayah tersebut. Beberapa warga bahkan mempekerjakan orang untuk menjaga makam atau memasang kamera keamanan di makam tersebut. (Asia One)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI