Kapolri: 4 WNI Dideportasi Singapura Anak Buah Aman Abdurahman

Senin, 22 Februari 2016 | 18:48 WIB
Kapolri: 4 WNI Dideportasi Singapura Anak Buah Aman Abdurahman
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
Pemerintah Singapura mendeportasi empat warga negara Indonesia karena mengaku akan pergi ke Suriah. Mereka adalah anak asuh narapidana kasus teroris, Aman Abdurahman

"Itu kan dari Singapura, mereka akan ke Suriah. Oleh karena itu dicek paspornya, namanya, asalnya. Yayasan yatim piatu, termasuk ada pondok pesantrennya, di situ termasuk juga dari anak buahnya Oman Abdurahman sehingga kecurigaan itu tambah kuat sehingga dideportasi kembali ke Indonesia," kata Kapolri Jenderal Badrodin Haiti di Istana, Jakarta, Senin (22/2/2016).

Badrodin menambahkan, semalam menginstruksikan Kepala Tim Detasemen Khusus 88 Antiteror Polri untuk memeriksa keempat warga.

Penyidik memiliki waktu tujuh hari untuk memastikan apakah ada unsur tindak pidana teroris atau tidak.

Terkait dengan penangkapan enam terduga teroris di Malang, Jawa Timur, Kapolri mengatakan mereka dicurigai sebagai jaringan teroris yang beraksi di Jalan M. H. Thamrin, Jakarta Pusat, pada 14 Januari 2016.

"Kalau yang di Malang itu memang terkait masih satu kelompok dengan yang di Thamrin. Tapi perannya apa nanti saya belum dapat laporannya.

Sedangkan terkait penangkapan terduga teroris di Tangerang, Banten, Kapolri belum dapat memberikan informasi lebih jauh.

Ketika ditanya, sudah berapa orang yang ditangkap dalam operasi pemberantasan teroris, Kapolri mengatakan sejauh ini sudah enam orang.

"Nggak tahu kalau nanti dari Batam bisa diproses hukum atau nggak," kata dia.

Kapolri mengatakan untuk menangani jaringan teroris, polisi telah bergerak selama ini.

"Cuma kami belum lakukan penangkapan karena tidak ada unsur pidananya. Kalau sudah ada unsur pidananya baru kami masuk. Karena itu kami minta revisi UU Antriteror itu supaya kewenangan kami itu bisa sampai ke pencegahan," kata dia.

Ketika ditanya apakah polisi sudah punya peta jaringan secara menyeluruh, Kapolri mengatakan: "Begini kelompok-kelompok sudah seluruhnya, kan ada komunikasi, mereka tidak berdiri sendiri. Kemudian satu kelompok bisa bergabung bentuk tim kecil dan beraksi masing-masing. Karena itu, tentu harus kami telusuri karena kelompok-kelompok seperti ini cukup banyak. Bukan hanya di Jawa, di luar Jawa juga ada."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI