Pendeta mengatakan meski gereja berdiri di antara tempat prostitusi, peribadahan tetap berjalan dan tidak terganggu.
"Mungkin kalau beroperasi malam suasana beda. Secara kebersamaan tetap ada. Kita mengajar warga dan jemaat untuk bisa menerima prosesnya masing-masing sambil menyuarakan yang positif. Agar hidup kita akan lebih baik ke depan," katanya.
Pendeta yakin setelah nanti gereja ditutup, akan ada penggantian gereja baru.
"Bahwa kita percaya kalau kita harus menutup sejarah tempat ini tapi itu bukan akhir. Kami percaya Tuhan menyediakan lebih besar," kata Pendeta Timo.