Suara.com - Sebanyak sekitar 25 pekerja seks komersial (PSK) yang mengontrak di rumah milik Nani (30), di kawasan Kalijodo, Penjaringan, Jakarta Utara, satu-persatu mulai berpamitan kepadanya. Hal itu terjadi setelah kawasan yang dikenal sebagai tempat esek-esek ini mulai ditertibkan oleh Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI Jakarta.
"Saya pulang ke sini pada (kirim pesan) BBM. Dia bilang, 'Mbak Nani, saya pindah ya.' Terus saya bilang, 'Ya udah, kan kalau ketangkap petugas malah ada masalah.' Ya udah, pada pindah dia," kata Nani, saat berbincang dengan wartawan di Jalan Kepanduan II, Penjaringan, Jakarta Utara, Sabtu (20/2/2016).
Menurut Nani, sebagian dari para PSK yang pamit pindah itu ada yang mengaku masih mengontrak di Jakarta. Di antaranya adalah di kawasan Jelambar, Jakarta Barat.
"Ya, dia ada yang bilang ngontrak di Jelambar, (ada di) deket Stasiun Kota-lah. Ya, pokoknya mereka udah kayak sodara sendiri, walaupun dia jablay," jelas Nani.
Nani bercerita, PSK Kalijodo yang mengontrak di tempatnya itu sehari bisa menerima beberapa pelanggan. Menurut Nani pula, tarif untuk satu kali kencan dengan PSK yang mengontrak di tempatnya itu berkisar antara Rp100.000-200.000.
"Paling tarifnya Rp200 ribu sekali masuk, atau Rp100 ribu sekali masuk. Yah, kadang-kadang jablaynya ada yang cakep, ada yang jelek," kata dia.
Berdasarkan cerita dari para PSK, Nani mengatakan bahwa sebagian dari mereka mengaku terpaksa akhirnya terjun ke dunia esek-esek karena disakiti oleh para lelaki. Jadi bukan karena terbelit hutang ataupun alasan kebutuhan ekonomi.
"Kebanyakan (karena) disakitin laki-laki, makanya jadi pada begitu dia. Kalau kata saya mah, bukan karena (faktor) ekonomi," katanya pula.