Kutuk Teror Bom di Ankara, AS Siap Bantu Pemerintah Turki

Kamis, 18 Februari 2016 | 10:51 WIB
Kutuk Teror Bom di Ankara, AS Siap Bantu Pemerintah Turki
Suasana penanganan pascaledakan bom di Ankara, Turki, Rabu (17/2/2016). [Reuters]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pihak Gedung Putih yang mewakili pemerintahan Amerika Serikat (AS), Rabu (17/2/2016) waktu setempat, mengeluarkan pernyataan resmi terkait serangan bom di Ankara, Turki. Mereka menyatakan mengutuk aksi teror yang menimpa sekutu mereka di NATO itu, serta mengisyaratkan siap membantu pemerintah Turki menghadapinya.

Diketahui, serangan berupa bom mobil tersebut sejauh ini menewaskan 28 orang dan melukai puluhan lainnya. Serangan itu terjadi di dekat markas besar Angkatan Bersenjata Turki, Rabu (17/2) waktu setempat, yang di sekitarnya juga terdapat kantor parlemen dan kantor-kantor pemerintahan lainnya.

"Kami berdiri bersama Turki, sekutu (kami) di NATO, rekan yang kuat dan anggota penting dalam koalisi melawan ISIL (ISIS), dalam menghadapi serangan ini," ungkap Ned Price, juru bicara Dewan Keamanan Nasional Gedung Putih.

 
Sebelumnya, juru bicara pemerintah Turki, Numan Kurtulmus mengatakan, korban tewas berasal dari kalangan militer dan warga sipil. Menteri Kehakiman Bekir Bozdag mengatakan bahwa ini adalah serangan teroris.

Terkait serangan itu, Perdana Menteri (PM) Turki, Ahmet Davutoglu, yang semula dijadwalkan mengadakan rapat soal krisis imigran di Brussels, Belgia, membatalkan rencananya. Sementara Presiden Tayyip Erdogan juga membatalkan rencana kunjungan ke Azerbaijan.

Erdogan sendiri mengatakan bahwa serangan tersebut tidak menggoyahkan niat pemerintahnya untuk memberantas terorisme.

"Kami akan melanjutkan perang kami terhadap orang-orang yang melakukan aksi semacam itu, yang tidak punya moral maupun rasa kemanusiaan, dan kekuatan yang berada di belakang mereka," kata Erdogan dalam sebuah pernyataan tertulis.

Hingga berita ini diturunkan, belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas aksi pengeboman tersebut. [Reuters]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI