Mendikbud Lepas 80 Pengajar Bahasa Indonesia ke 16 Negara

Arsito Hidayatullah
Mendikbud Lepas 80 Pengajar Bahasa Indonesia ke 16 Negara
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Anies Baswedan. (suara.com/Agung Shandy Lesmana)

Bahasa Indonesia diharapkan bisa mewarnai percakapan antarbangsa pada masa mendatang.

Suara.com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Anies Baswedan melepas sebanyak 80 pengajar Bahasa Indonesia bagi Penutur Asing (BIPA) ke 16 negara tujuan, seperti Vietnam, Laos, Thailand, Malaysia, Kamboja, Australia, dan sebagainya.

"Ini momen bagi kita untuk membangun citra bangsa dan memperluas Bahasa Indonesia ke seluruh negara. Tantangan kami sebagai pemerintah adalah memperkaya bahasa, sedangkan tantangan untuk pengajar BIPA adalah memperluas jangkauannya," ujar Anies, saat melepas pengajar BIPA di Jakarta, Selasa (16/2/2016).

Anies juga meminta para pengajar untuk mempunyai perspektif jangka panjang. Artinya, tidak hanya sekadar mengajar, tetapi menjadikan Bahasa Indonesia bisa mewarnai percakapan antarbangsa pada masa yang akan datang.

"Suatu saat, ketika hadir di pertemuan, maka salah satu bahasa pilihannya adalah Bahasa Indonesia. Saya kira perjuangan kita tidak terlalu sulit, karena Bahasa Indonesia merupakan salah satu yang mudah dipelajari," terangnya.

 
Mendikbud juga meminta para pengajar BIPA tersebut untuk tidak hanya menempatkan diri sebagai pengajar, tetapi juga duta bangsa.

"Dalam konteks sebagai duta, tolong sampaikan kehebatan Indonesia bahwa kita satu bahasa. Tidak banyak negara yang seperti kita, yang mempunyai sekitar 700 bahasa daerah, namun ketika duduk dalam perundingan sepakat menggunakan Bahasa Indonesia," ujarnya.

"Masyarakat Sunda menjadi rakyat Indonesia, tetapi tidak kehilangan ke-Sunda-annya. Begitu pula dengan suku-suku lainnya. Sementara di negara tetangga, banyak yang kehilangan identitasnya," jelas Anies lagi.

Disebutkan, pengiriman guru BIPA ini sendiri dimaksudkan sebagai langkah diplomasi Indonesia dalam bidang bahasa. Sasaran gerakan diplomasi ini adalah negara anggota ASEAN yang telah bersepakat dan mulai memberlakukan integrasi bangsa-bangsa Asia Tenggara dalam skema Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA).

Sementara itu, Kepala Badan Bahasa Kemdikbud, Dadang Sunendar, mengatakan bahwa Indonesia agak terlambat dalam membangun citra bangsa melalui bahasa. BIPA sendiri menurutnya baru dimulai pada 1980.

"Program pengiriman pengajar BIPA merupakan salah satu upaya untuk internasionalisasi Bahasa Indonesia. Pada 2015, kami menargetkan mengirim 20 pengajar BIPA, namun hanya bisa mengirim 14 pengajar. Tahun ini, kami rencana mengirim 80 pengajar, bahkan rencananya kami akan naikkan menjadi dua kali lipat," ujar Dadang.

Dadang mengatakan, yang menjadi fokus pengiriman adalah ke 10 negara di Asia Tenggara. Ke depan, dia pun berharap komunikasi di wilayah Asia Tenggara bisa menggunakan Bahasa Indonesia.

"Kami ingin Bahasa Indonesia menjadi bahasa di kawasan Asia Tenggara, bukan karena jumlah penuturnya banyak, tapi karena ASEAN butuh Indonesia," tukas Dadang pula. [Antara]