Suara.com - Sampai malam ini, penyebab pesawat tempur Super Tucano jatuh di rumah warga Jalan LA Sucipto, RT 3, RW 5, Blimbing, Kota Malang, Jawa Timur, belum terungkap. Kecelakaan ini merenggut tiga nyawa.
Panglima TNI Jenderal Gatot Nurmantyo mengatakan sebab insiden tersebut masih dalam investigasi.
"Pesawat terbang di ketinggian dua ribu kaki terus naik di ketinggian delapan ribu kaki, kemudian turun-turun. Saya belum tahu apa penyebabnya kemudian menancap di tanah (jatuh). Sekarang sedang diadakan penelitian lebih lanjut," kata Gatot di komplek istana Kepresidenan, Rabu (10/2/2016).
Dia menjelaskan kecelakaan terjadi saat test flight setelah pesawat menjalani menjalani pemeliharaan di Skadron Teknik.
"Kecelakaan pesawat itu pada saat test flight, maka yang naik pilot dengan mekanik," ujar dia.
Itu sebabnya, dia memastikan tes flight pesawat tempur Super Tucano sudah sesuai standar operasional prosedur.
"Ini test flight, maka teknisinya ikut bersama-sama terbang agar mengetahui bagaimana kondisi pesawat, mulai dari start engine sampai di udara, SOP-nya demikian. Jadi kenapa ditanyakan tempat copilot ada (mekanik), karena memang ingin mengetahui kondisi, apa ada suara kemudian ada instrumen-instrumen yang bisa dilihat," kata dia.
Sebelumnya, Danlanud Abdul Rahman Saleh, Marsekal Pertama TNI Joko Senoputro, menjelaskan kronologis pesawat Super Tucano jatuh.
Pesawat tempur tersebut, katanya, terbang dari Lapangan Udara Abdul Rahman Saleh untuk menjalani test flight atau uji kondisi pesawat setelah menjalani pemeliharaan di Skadron Teknik.
"Pesawat test flight di sekitar Abdul Rahman saja," kata Joko kepada Suara.com.
Pesawat diterbangkan oleh pilot Mayor Penerbang Ivy dan didampingi Engineer Sersan Mayor Saiful.
Mayor Penerbang Ivy menerbangkan pesawat pada pukul 09.00 WIB. Pada pukul 09.57, kata Joko, masih ada komunikasi dengan Mayor Penerbang Ivy.
"Lalu hilang kontak pada jam10.07 WIB dan ditemukan di Blimbing," ujar Joko.