Suara.com - Menteri Luar Negeri Suriah Walid Al-Moallem memperingatkan Arab Saudi agar tidak ikut campur secara militer di Suriah.
Al-Moallem mengatakan mereka yang memasuki tanah Suriah tanpa izin Pemerintah Suriah "akan pulang ke negara mereka di dalam peti mati".
Ketika berbicara dalam satu taklimat yang diadakan di Ibu Kota Suriah, Damaskus, diplomat senior Suriah tersebut mengatakan, "Kami akan melawan setiap pelanggar kedaulatan kami." "Setiap campur tangan di darat di Suriah tanpa izin Pemerintah Suriah adalah agresi yang mesti dihadapi. Itu adalah kewajiban seluruh rakyat Suriah. Dan para penyerang akan pulang ke negara mereka di dalam kotak kayu," demikian peringatan Al-Moallem, sebagaimana dikutip Xinhua --yang dipantau di Jakarta, Minggu (7/2/2016). ia ditanya mengenai laporan yang belum lama ini menyatakan Arab Saudi siap mengirim tentara darat ke dalam wilayah Suriah.
Kepala diplomat Suriah tersebut mengatakan, "Akal sehat dan logika mengesampingkan setiap skenario campur tangan yang mungkin dilakukan, tapi mengingat keputusan ... yang dibuat oleh Arab Saudi di daerah lain menunjukkan tak ada yang bisa dikesampingkan." "Saya kira ada sesuatu yang sedang digodok di bawah pengawasan AS antara Turki dan Arab Saudi," katanya.
"Apakah orang Saudi atau Turki, semua yang melakukan praktek agresi di Suriah akan dikirim pulang di dalam peti kayu." Menteri tersebut mengatakan kepinginan Arab Saudi untuk masuk ke Suriah muncul setelah kekecewaan mereka terhadap kekalahan yang dialami gerilyawan dukungan Arab Saudi di beberapa daerah penting Suriah belum lama ini.
"Setelah kemenangan militer Suriah dan sekutunya, orang yang bersekongkol melawan Suriah telah menjadi putus-asa dengan kegagalan antek mereka di lapangan, jadi mereka memutuskan untuk masuk secara pribadi," kata Al-Moallem.
Pada Jumat lalu (5/2), seorang juru bicara militer Arab Saudi mengatakan Kerajaan itu siap mengirim tentara darat untuk memerangi IS di Suriah jika koalisi pimpinan AS setuju.
Brigadir Jenderal Ahmed Asiri mengatakan kepada stasiun televisi Al-Arabiya, yang berpusat di Dubai, Uni Emirat Arab, negaranya akan menyampaikan komitmen pada pertemuan mendatang di Brussel untuk mengirim tentara darat ke kancah konflik tersebut untuk pertama kali, jika mitra koalisi setuju.
Arab Saudi telah ikut dalam serangan udara koalisi sejak Amerika Serikat memulai serangan udara terhadap kelompok IS pada September 2014.
Pemerintah Suriah menganggap setiap gerakan ke dalam negerinya tanpa izinnya adalah agresi, terutama yang Suriah pandang sebagai campur tangan Arab Saudi dengan tujuan bukan memerangi IS tapi memberi dukungan kepada gerilyawan yang melawan pemerintah di lapangan.
Mengenai pembicaraan Jenewa tentang krisis Suriah, Al-Moallem mengatakan pemerintahnya menolak setiap persyaratan sebelum pembicaraan. Ia menyalahkan kelompok oposisi dukungan luar negeri atas kegagalan babak pertama pembicaraan, yang dimulai pekan lalu dan belakangan dibekukan sampai 25 Februari karena tak ada kemajuan. (Antara)