“Pikiran saya begini, ‘begitu berani dia, saya membayar untuk perjalanan ini, dan supir ini menjemput temannya tanpa minta izin dulu?’" kata Will.
Peristiwa itu langsung menyadarkan Will akan pentingnya memahami bahasa Indonesia.
"Ini salah satu momen saya ingin mampu bicara bahasa Indonesia,” katanya.
Ketika itu, Will tidak bisa menyampaikan pikirannya melalui bahasa Indonesia. Jadi dia hanya duduk dan diam di kursi depan mobil sampai di tempat tujuan.
Belum hilang rasa dongkol (kesal), supir minta uang Rp30 ribu untuk membayar lelaki yang menumpang taksi tadi. Will tidak mengerti alasan kenapa harus membayar uang tunai ke supir. Padahal, pembayaran taksi Uber melalui sistem online.
Tentu saja Will menolak memberi uang. Dia segera turun dari mobil, sambil marah berjalan ke lobby gedung. Ternyata, supir mengikuti Will ke lobby. Resepsionis diminta untuk menerjemahkan. Masalahnya, resepsionis juga kurang tahu cara menjelaskan peraturan three in one kepada bule.
Sesudah bersitegang dengan supir selama berberapa menit, Will berbalik memunggungi supir, lalu meninggalkannya tanpa memberi uang.
“Ketika saya masuk kantor hari kemudian, saya menceritakan apa yang terjadi kemarin dan teman kantor saya menjelaskan fenomena joki three in one," katanya.
“Jika anda sedang membaca artikel ini, Pak Andriyana (supir taksi Uber), saya benar-benar minta maaf,” kata Will.
Jalan Sudirman merupakan salah satu kawasan di Jakarta yang diterapkan aturan three in one.