Suara.com - "Saya bingung, kenapa becak dirazia, padahal kami kan nggak narik di luar (jalan protokol)," kata Arie Santoso (42) kepada Suara.com.
Arie adalah salah satu warga yang sehari-hari bekerja sebagai penarik becak di Jakarta. Saat ditemui Suara.com baru-baru ini, dia ikut demonstrasi bersama rekan-rekan sesama penarik becak di depan di Balai Kota DKI, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (29/1/2016).
Daerah operasi becak di Jakarta, katanya, biasanya di kompleks perumahan atau kampung-kampung padat penduduk. Becak ada karena memang masih ada orang yang menggunakannya. Arie sadar di jaman transportasi serba modern seperti sekarang, keberadaan becak sudah dianggap sebagai pengganggu.
Mereka demonstrasi untuk meminta pengertian Gubernur Jakarta Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) agar tak menghapus becak. Biarkan becak beroperasi, khususnya di komplek perumahan atau di perkampungan.
"Kalau begini terus bagaimana bisa ngasih makan dua anak dan istri saya," kata lelaki yang sudah 10 tahun mencari nafkah lewat mengayuh becak.
Para tukang becak itu membentuk Serikat Becak Jakarta. Unjuk rasa yang mereka lakukan sebagai protes atas tindakan petugas Satuan Polisi Pamong Praja yang merazia para tukang becak secara besar-besaran. Petugas bertindak atas dasar Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2007 tentang Ketertiban Umum.
Di tengah aksi, wartawan Suara.com berbincang-bincang dengan penarik becak yang tinggal di Jalan Teluk Gong, Jalan Moa, Jakarta Utara itu, untuk menangkap kegelisahannya dan harapan-harapannya. Ia bercerita kenapa masih bertahan dengan becaknya. Apa yang disampaikan Arie mencerminkan apa yang dirasakan rekan-rekannya. Berikut petikan wawancarainya.
Kenapa Anda masih bertahan menjadi tukang becak, walaupun selalu ada petugas yang melakukan razia?
Ya, saya kan butuh biaya anak sekolah, kalau misalnya saya nggak narik becak saya sekolahkan anak gimana? Maling kan nggak boleh, garukannya (razia petugas) masuk gang-gang, kalau di jalan raya saya terima berarti saya melanggar.
Anda kenapa masih bisa bertahan menjadi tukang becak, padahal ada larangan dari Pemerintah Jakarta?
Misalnya saya dapat duit Rp50 ribu alhamdulillah, kalau misalnya dapat Rp50 ribu terus dibayar kontrakan Rp300 ribu sebulan kan masih ada sisa.
Sehari penghasilannya Anda berapa?
Ya Rp50 ribu dapat. Nah sekarang setelah ada larangan boro-boro narik, kami mau makan saja nariknya kucing-kucingan. Penurunannya sangat jauh, sebulan terakhir ini nariknya ngumpet-ngumpet. Biasanya garukan petugas Satpol PP nggak nentu, biasanya dari jam 10 pagi. Terus malam lagi ada.
Ada berapa tukang becak sih saat ini?