Suara.com - Direktur Institute for Transformation Studies Andi Saiful Haq mengatakan media sosial menjadi saluran komunikasi baru yang bisa menyumbangkan banyak hal positif, terutama dalam konteks reformasi sistem kepartaian di Indonesia. Melalui media sosial, partai politik dapat berinteraksi dengan pengikutnya di internet.
"Situasi yang egaliter, gaya komunikasi yang kritis, validasi informasi yang cepat dan daya kreatif dalam mengemas pesan adalah prasyarat utama jika partai politik mau terjun ke media sosial," kata Andi saat merilis hasil survei Intrans bertajuk Digitalisasi Politik Indonesia yang berlangsung di Dua Nyonya Resto, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Jumat (29/1/2016).
Tapi, memanfaatkan media sosial untuk mencapai tujuan partai politik tidak mudah.
"Tidak banyak partai tentu yang bisa cepat menyesuaikan diri dengan tuntutan ini, karakter feodal dan tidak transparan masih kuat melekat dalam persepsi publik," kata Andi.
Partai Gerindra menjadi partai politik paling banyak pengikut di media sosial seperti Twitter, Facebook, Instagram, Google+, dan Youtube, berdasarkan survei Institut for Transformation Studies yang dirilis di Dua Nyonya Resto, Jalan Cikini Raya, Jakarta Pusat, Jumat (29/1/2016).
"Berdasarkan social audience, Partai Gerindra mengatasi partai politik yang lainnya. Gerindra berhasil meraup pengikut sebesar 3,8 juta pengikut," kata Andi.
Partai politik kedua yang memiliki banyak followers di media sosial adalah Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan. Partai ini diikuti 1,6 juta orang.
Partai politik ketiga yang mempunyai banyak pengikut adalah Partai Solidaritas Indonesia yang diketuai Grace Natalie.
"PSI dan Perindo sebagai partai baru ternyata mendapat apresiasi cukup positif. PSI mempunyai pengikut 1,1 juta pengikut dan Perindo 48 ribu pengikut," kata Andi.
Menurut Andi, PSI diikuti banyak orang di media sosial karena tema kampanye mereka dinilai terarah dan pengemasan konten kampanye baik.
"PSI cukup mampu menjaga kesesuaian antar brand muda dan baru dengan konten-konten kampanye yang ditampilkan di media sosial," kata Andi.
Partai-partai tua justru tidak populer di media sosial. Misalnya, Partai Kebangkitan Bangsa hanya mendapat 13 ribu pengikut, Partai Amanat Nasional lebih sedikit dari PKB.