Suara.com - Edward Snowden, sang pembongkar dokumen rahasia intelijen Amerika Serikat (AS), kembali berkicau. Kali ini, mantan kontraktor Badan Keamanan Nasional AS (NSA) itu menyebut bahwa AS dan Inggris menyadap komunikasi yang beredar di Angkatan Udara Israel sejak tahun 1998.
Dokumen rahasia tersebut diterbitkan pada Jumat (29/1/2016) di dua media pemberitaan. Yang pertama adalah surat kabar laris Israel, Yedioth Ahronoth. Di situ disebutkan bahwa NSA, yang memiliki spesialisasi dalam bidang pengintaian elektronik, dan markas intel Inggris, GCHQ, mengawasi misi Angkatan Udara Israel terhadap Gaza, Suriah, dan Iran.
Operasi pengintaian yang memiliki kode operasi "Anarchist" tersebut digelar dari pangkalan militer Inggris di Siprus. AS dan Inggris juga mengintai beberapa negara lain di kawasan Timur Tengah.
Laporan serupa juga diterbitkan oleh media The Intercept. The Intercept menyebut, AS dan Inggris menyadap foto-foto yang diambil kamera dari pesawat-pesawat nirawak milik AU Israel.
BACA JUGA:
Jessica Wongso Ditangkap di Hotel
Bahkan, Yedioth menyebut, majalah berita Jerman, Der Spiegel, yang akan terbit Sabtu besok, bakal memuat sebuah artikel tentang rahasia yang dibocorkan Snowden.
Kedutaan besar AS di Israel belum memberikan komentar terkait tuduhan yang diarahkan Snowden kepada AS. Sementara itu, seorang juru bicara kedutaan besar Inggris di Israel ketika dikonfirmasi menolak memberikan komentar lantaran hal itu berkaitan dengan masalah intelijen. Belum ada pula respon dari Kantor Kementerian Luar Negeri Inggris di London.
Menteri Energi Israel Yuval Steinitz dari kabinet keamanan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memilih menanggapi hal ini dengan santai.
"Saya pikir bahwa Israel bukanlah sebuah kerajaan yang penuh rahasia, namun hal semacam ini adalah sesuatu yang seharusnya tidak terjadi, karena tidak menyenangkan," kata Yuval seperti dikutip Radio Angkatan Darat Israel.
"Kami kini harus melihat dan mempertimbangkan untuk mengganti enkripsi, tentu saja," sambung Yuval.
Yuval mengaku tak terkejut dengan berita ini.
"Kita tahu bahwa mata-mata AS ada di seluruh dunia dan juga di negara kami, juga di negara-negara sahabat mereka," katanya.
"Namun, tetap saja ini mengecewakan, antara lain karena, sepanjang sejarah, kami tidak pernah mengumpulkan informasi intelijen, maupun meretas enkripsi milik AS," sambun Yuval.
Surat kabar Yedioth memprediksi, pengungkapan ini berpotensi mengganggu penjualan drone atau pesawat nirawak buatan Israel ke Jerman. Hal itu bisa terjadi jika Jerman meragukan keamanan jaringan pesawat nirawak tersebut.
Sebelumnya, pada tanggal 12 Januari silam, Jerman mengatakan akan membeli pesawat nirawak jenis Heron TP buatan perusahaan Israel Aerospace Industries (IAI) dengan sistem leasing.
Tuduhan aksi spionase ini muncul di tengah perbedaan pendapat antara pemimpin AS dan Israel dalam urusan diplomasi nuklir Iran yang berujung dengan pencabutan embargo beberapa pekan lalu. (Reuters)
BERITA MENARIK LAINNYA:
Aneh, Kru dan Penumpang Pingsan Secara Misterius di Pesawat Ini
Ingin Punya Anak, Feby Febiola : Kalau Bisa Tanpa Hamil