Suara.com - Perwakilan Suku Dayak, Kutai Barat, Kalimantan Timur, menemui Staf Khusus Presiden Joko WIdodo, Lenis Kogoya, di kantor Staf Khusus Presiden di Jalan Veteran 18, Jakarta Pusat, Rabu (27/1/2016).
Usai bertemu perwakilan Suku Daya, Lenis mengatakan keutuhan dan kedamaian negara Indonesia sulit dicapai kalau peran masyarakat adat di setiap daerah tidak dihormati.
"Kalau tanpa adat kita tidak bisa aman, dan untuk mencapai target yakni negara kita yang aman sangat sulit, karena adat hanya melekat pada masyarakat, dan masyarakat itu akan mendengar para kepala adanya," kata Lenis yang juga Ketua Lembaga Masyarakat Adat Provinsi Papua.
Lenis bercerita dirinya sekarang menjadi Staf Khusus Presiden dan akan berjuang agar peran lembaga adat dihormati pemerintah.
"Saya sebagai kepala suku Provinsi Papua yang sekarang menjadi Staf Khusus Presiden, saya harus memperjuangkan bagaimana adat ini, supaya adat ini bisa mempertahankan keutuhan NKRI, dan juga suapaya adat ini bisa menjaga kedamaian di dalam kampung, distrik, kabupaten sampai provinsi," kata Lenis.
Contoh konkrit pentingnya peran adat, Lenis menunjukkan apa yang terjadi di Papua. Di Papua, katanya, apa yang disampaikan kepala suku pasti diikuti warga. Itu bukti kepala suku memiliki kemampuan dan peran untuk menciptakan situasi yang damai.
"Contohnya di Papua, dimana ada perang, saya sebagai ketua adat saya muncul, itu baru aman, tidak ada lagi perang, tidak ada lagi masyrakat yang mau berkelahi, itu contoh saja, apalagi di Kalimantan, kan kita sering dengan, saya harap di 33 provinsi harus dihidupkan lagi adat itu, kalau kami di Papua eksis sekali itu," kata Lenis.
Perwakilan Suku Dayak, Yustinus Dullah, berharap pemerintah benar-benar memperhatikan peran lembaga adat.
"Masalah benturan lembaga adat dengan pemerintah,saya kira Kutai Barat itu pemerintah sangat mendukung artinya dengan adanya lembaga adat ini," kata Yustinus Dullah.