Suara.com - Anggota Komisi Kepolisian Nasional Adrianus Meliala mengimbau masyarakat bersabar dan mempercayakan penanganan kasus kematian Wayan Mirna Salihin (27) kepada anggota Polda Metro Jaya.
"Publik harus bersabar juga, yang paling berwenang menyatakan apapun adalah polisi, termasuk menetapkan status tersangka dalam kasus ini," kata Guru Besar Kriminologi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, Minggu (24/1/2016).
Menurut doktor kriminologi lulusan Universitas Queensland, Australia, pada 2004, polisi pasti baru mengungkapkan sebagian informasi kepada publik, mengingat proses masih di tingkat penyidikan.
Master hukum dan kriminologi Universitas Manchester Metropolitan, Inggris, tersebut juga meyakini polisi cenderung memutuskan status ketersangkaan seseorang dari informasi yang tidak diungkapkan ke publik di masa penyidikan.
Fakta yang terungkap sejauh ini adalah Mirna meninggal setelah meminum es Kopi Vietnam pesanan teman Mirna, Jessica Kumala Wongso (27), saat mereka bertemu di Kafe Olivier, Grand Indonesia, Jakarta, Rabu (6/1/2016). Saat itu, juga ada Hani, teman mereka.
Terkait dengan sikap yang ditunjukkan saksi Jessica setelah menjalani pemeriksaan kelima di Polda Metro Jaya yang berlangsung selama tujuh jam lamanya dan tetap terlihat tenang, Adrianus menilai hal itu memperlihatkan tingginya kemampuannya menghadapi tekanan.
"Orang biasa, terutama yang tidak berhubungan dengan hukum, kalau menjalani pemeriksaan selama berjam-jam itu letih lho. Kalau dia masih bisa ceriwis dan ceria setelah diperiksa tujuh jam, itu mengindikasikan kemampuan yang bersangkutan untuk menghadapi tekanan juga tinggi," ujarnya.
Akan tetapi pakar kejahatan transnasional ini menegaskan kondisi seperti itu tidak bisa serta merta disangkutpautkan kemudian menjadi dasar kecurigaan terhadap saksi Jessica.
"Kalau kemudian persoalan kemampuan menghadapi tekanan itu disangkutpautkan bahwa dia bisa melakukan hal-hal tertentu atau tidak itu menjadi persoalan yang lain lagi. Bisa saja menimbulkan asumsi, tetapi terbatas, karena semua itu asumsi yang bisa saja salah," ujarnya.