Krishna bertemu pejabat negara setingkat menteri dari hampir seluruh dunia untuk mendalami ilmu kepemimpinan dan cara bernegosiasi.
Memasuki 1997, Krishna kembali ke Indonesia menjabat Kanit Reserse Narkoba di Polwitabes Surabaya yang dihadapkan dengan berbagai kasus peredaran narkotika melibatkan warga sipil, oknum Polri, maupun tentara.
Krishna ikut Sekolah Pendidikan Tinggi Ilmu Kepolisian (PTIK) dengan lulusan terbaik pada tahun 2000 sehingga naik pangkat ajun komisaris polisi (AKP) yang ditempatkan sebagai Sekretaris Pribadi Kapolda Metro Jaya.
Selama menjadi Sekpri Kapolda Metro Jaya, Krishna makin menambah ilmu kepemimpinan, seperti cara mengelola organisasi atau lembaga.
Lepas sebagai sespri, Krishna dipercaya menjadi Kapolsek Penjaringan Jakarta Utara pada tahun 2001 selama 3,5 tahun hingga naik pangkat komisaris polisi (kompol).
Menjadi Kapolsek Penjaringan, Krishna membawa misi membersihkan Kalijodo yang terkenal dengan pusat narkoba dan praktik maksiat hingga meraih dua kali kapolsek terbaik.
Krishna mencatat beberapa pengungkapan kasus menarik, antara lain pembunuhan bos PT Asaba Boedyharto Angsono dan seorang pengawal Edi Siyep terjadi pada tanggal 19 Juli 2013.
Anggota gabungan pimpinan Krishna menciduk tiga pelaku pembunuhannya, yakni Gunawan Santoso, Suud Rusli, dan Letda Syam Ahmad Sanusi.
"Rahasianya olah TKP (maka) kasus pembunuhan akan selalu terungkap," tutur Krishna.
Krishna mengemban kembali menjadi Sekpri Kapolda Metro Jaya yang dijabat Irjen Polisi Firman Gani hingga dipercaya menjadi Kasat Reskrim Polres Metro Jakarta Utara.