Lulus Akpol pada tahun 1991, Krishna menjadi perwira pertama (pama) Polda Jawa Tengah selanjutnya memutuskan menjadi reserse.
Padahal, pimpinan saat itu mengajak Krishna mengambil sekolah kedinasan pada Satuan Kerja Lalu Lintas.
Krishna mengingatkan hasrat ketika kecil yang berkeinginan menjadi detektif andal sehingga mulai menjalani pelatihan khusus untuk meningkatkan kemampuan dan kapasitas individu.
Pada satu kesempatan, Krishna yang berpangkat letnan dua (letda) menjabat Kapolsek Ranu Dongkal Pemalang, Jawa Tengah.
Memulai mengungkap kasus pembunuhan melalui olah tempat kejadian perkara dan menyelidiki namun anak buahnya mengajak ke tempat orang "pintar" (paranormal) dan mengandalkan informan guna mengungkap pembunuhan secara konvensional.
"Saya ubah paradigma itu bahwa polisi zaman sekarang harus olah TKP dan investigasi ilmiah," kata Krishna.
Selanjutnya, Krishna menjabat sebagai Kepala Satuan Reserse Polres Pemalang yang mengungkap perkara pencurian kendaraan bermotor maupun pencurian dengan kekerasan atau pemberatan hingga kembali tugas ke Akpol sebagai pengasuh taruna selama 3 tahun.
Pada tahun 1996, Krishna berpangkat letnan satu (lettu) berkesempatan berangkat ke Bosnia sebagai negara konflik antara negara pecahan Kroasia dan Serbia.
"Saya pertama kali melihat dampak perang yang dahsyat jutaan dan miliaran peluru, bahkan stadion sepak bola jadi kuburan massal," cerita Krishna.
Dari pengalaman tugas di luar negeri membawa Krishna didaulat sebagai anggota Polri yang dinas di jajaran PBB dengan salah satu misi mentrasisikan polisi Yugoslavia ke kepolisian Kroasia.