Garuda Siap Layani Rute Jakarta-Purwokerto

Suwarjono Suara.Com
Jum'at, 22 Januari 2016 | 13:41 WIB
Garuda Siap Layani Rute Jakarta-Purwokerto
Hutang Garuda Indonesia Meroket
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Kabar gembira bagi warga Banyumas dan sekitarnya. Maskapai Garuda Indonesia siap melayani rute penerbangan Jakarta-Purbalingga, Purwokerto jika wacana pengembangan Pangkalan TNI Angkatan Udara Wirasaba di Purbalingga, Jawa Tengah, menjadi bandara komersial terealisasi.

"Pokoknya kita tunggu kepastian dan spesifikasi dari bandara karena apapun akan tergantung dari spesifikasi yang ada terpenuhi atau tidak," kata Direktur Utama PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk. Muhammad Arif Wibowo di Purwokerto, Kabupaten Banyumas, Jumat (22/1/2016)

Selain itu kata dia 'availability' dari 'airport'-nya benar-benar siap atau belum. Kalau secara pasar, saya kira ini menjadi bagian yang potensial untuk dikembangkan ke depan karena ada empat kabupaten yang sentralnya di wilayah sini.

Arif mengatakan hal itu kepada wartawan usai memberikan kuliah umum di Gedung Roedhiro, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) Purwokerto.

Oleh karena itu, kata dia, pihaknya tinggal menunggu kepastian dari pihak penyedia bandara plus spesifikasi-spesifikasinya harus sesuai dengan pesawat yang dimiliki Garuda Indonesia.

Dalam hal ini, lanjut dia, Garuda Indonesia memiliki pesawat ATR 72-600 sehingga panjang dan kekerasan landasan pacu Bandara Wirasaba harus cukup serta navigasi dan sarana pendukung lainnya harus terpenuhi.

"Itulah kira-kira yang kita perlukan," kata pria asli Purwokerto itu.

Dia mengakui bahwa di wilayah selatan Jawa Tengah telah ada Bandara Tunggul Wulung yang berlokasi di Kabupaten Cilacap namun hal itu bukan berarti Garuda Indonesia tidak tertarik terhadap rute penerbangan menuju bandara tersebut.

"Yang saya dengar, di Tunggul Wulung itu ada problem untuk tidak bisa dikembangkan lebih panjang karena yang saya dengar dari Kementerian Perhubungan (di Cilacap) ada PLTU di mana menara-menara PLTU itu membatasi atau menjadikan kendala sehingga perpanjangannya hanya seperti itu saja (panjang landasan pacu hanya 1.400 meter, red.)," jelasnya.

 Kendati demikian, dia mengatakan bahwa pihaknya di bandara manapun tidak masalah asalkan spesifikasinya memenuhi spesifikasi pesawat yang dimiliki Garuda Indonesia.

Lebih lanjut, Arif mengatakan bahwa di Cilacap saat sekarang sudah ada penerbangan serta industri di wilayah eks Keresidenan Banyumas dan sekitarnya juga mulai berkembang.

Menurut dia, berdasarkan informasi dari Kantor Perwakilan Bank Indonesia Purwokerto, pertumbuhan di wilayah eks Keresidenan Banyumas ternyata di atas rata-rata pertumbuhan nasional.

"Jadi kalau daerah itu pertumbuhan ekonominya di atas rata-rata nasional dan berada di Jawa, biasanya daerah yang pertumbuhan ekonominya tinggi di luar Jawa, wilayah timur, berarti ada potensi-potensi pasar yang harus kita serap," katanya saat ditanya mengenai kemungkinan Garuda Indonesia telah melakukan survei pasar terhadap rute penerbangan Jakarta-Purbalingga.

Ia mengakui bahwa saat ini alat trasportasi cepat dari Jakarta menuju wilayah eks Keresidenan Banyumas yang tersedia baru kereta api dan jalan tol baru Cipali.

Menurut dia, perjalanan tujuh jam menggunakan alat tranportasi jalan raya atau lima jam menggunakan kereta api dari Jakarta menuju Purwokerto sehingga jika menggunakan pesawat terbang akan lebih cepat.

Selain itu, tingkat okupansi penumpang kereta api pada hari-hari biasa sudah cukup padat dengan harga tiket Rp350 ribu-Rp450 ribu untuk kelas eksekutif.

Dengan demikian jika Garuda Indonesia memasang tarif tiket dengan harga Rp700 ribu-Rp800 ribu akan tetap diminati karena waktu tempuhnya lebih cepat.

"Saya kira untuk kebutuhan di (bidang) industri dan edukasi di wilayah sini, kalau tidak ada alat transportasi udara, 'events' maupun 'experts' internasional itu sulit untuk masuk sini," kata Arif.

Menurut dia, keberadaan bandara juga bisa mengerek daerah tersebut hingga kelas internasional.

Kendati telah ada kereta api, dia mengatakan bahwa bagi orang-orang yang menghargai waktu, keberadaan bandara akan menjadi basis pertumbuhan ke depan.

"Toh kalau kita (Garuda Indonesia, red.) harus terbang (melayani rute Jakarta-Purbalingga), mungkin tidak mulai dengan 'daily flight' tetapi juga bisa seminggu empat kali atau seminggu lima kali. Jadi saya rasa, bisa bertahap," katanya.

Seperti diwartakan, Pemerintah Provinsi Jawa Tengah akan mengembangkan Pangkalan Udara (Lanud) Wirasaba di Kabupaten Purbalingga, menjadi bandara komersial sesuai persetujuan dan petunjuk dari Menteri Perhubungan Ignasius Jonan.

"(Melalui pesan singkat) kepada saya, Menhub mengatakan segera bangun dan segera carikan anggaran (pengembangan Lanud Wirasaba menjadi bandara komersial)," kata Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo di Semarang, Rabu (20/1).

Menurut Ganjar, ada beberapa surat yang berkaitan dengan kelengkapan administrasi pengembangan Lanud Wirasaba yang harus dikirimkan secepatnya ke Kementerian Perhubungan.

Ganjar mengaku lega dan mengapresiasi keputusan Menhub yang menyetujui pengembangan Lanud Wirasaba menjadi bandara komersial, meskipun dirinya tidak terlalu yakin hal itu bisa dilakukan dalam waktu dekat.

"Kalau Lebaran tahun ini (Bandara Wirasaba) sudah bisa dipakai, saya rasa tidak mungkin, paling cepat dugaan saya 2017," ujarnya.

Ganjar menjelaskan bahwa Lanud Wirasaba bisa didarati oleh pesawat penumpang tipe ATR 42 setelah dikembangkan menjadi bandara komersial dan panjang landasan pacunya ditambah menjadi 1.300 meter.  (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI