AS dan Koalisinya Getol Gempur Gudang Duit ISIS, Kenapa?

Ruben Setiawan Suara.Com
Jum'at, 22 Januari 2016 | 05:14 WIB
AS dan Koalisinya Getol Gempur Gudang Duit ISIS, Kenapa?
Pesawat jet tempur F-16 milik AS di Baghdad, Irak. (Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perang melawan ISIS di Irak dan Suriah kini makin terfokus, yakni menghancurkan tempat-tempat yang dijadikan gudang penyimpanan uang kelompok tersebut.

ISIS diketahui mengumpulkan jutaan dolar dalam bentuk mata uang lokal di Irak dan Suriah. Sebagian besar uang tersebut datang dari hasil penjualan minyak.

Kolonel Steve Warren, juru bicara koalisi pimpinan Amerika Serikat yang memerangi ISIS sejak bulan Agustus 2014 di Baghdad, Irak, mengatakan bahwa sembilan serangan di Irak dan Suriah dalam beberapa bulan terakhir telah berhasil menghancurkan puluhan juta dolar uang ISIS.

"Menghancurkan tempat-tempat penyimpanan uang tunai bertujuan menyakiti musuh kita," kata Warren di Pentagon.

"Mereka beroperasi dengan uang tunai; tidak ada sistem kredit dalam ISIL," sambungnya, menggunakan nama sebutan lain bagi ISIS.

Militer Amerika Serikat pernah merilis beberapa video yang menampilkan serangan udara terhadap fasilitas penyimpanan uang ISIS. Dalam salah satu video penyerangan di sebuah gedung di Mosul, tampak kepulan asap tebal disertai serpihan-serpihan yang diyakini sebagai uang kertas beterbangan di udara, menyusul pengeboman terhadap gedung tersebut.

Warren mengatakan, pasukan koalisi pimpinan AS kembali menghantam sebuah fasilitas penyimpanan uang di Mosul, Irak, hari Senin lalu.

Ia mengatakan, penyerangan terhadap gudang uang, juga truk-truk pengangkut minyak milik ISIS, menyakiti keuangan ISIS. Mengutip sebuah laporan pers, Warren menyebut bahwa para petinggi ISIS terpaksa memotong gaji para tentaranya hingga separuh.

Warren mengklaim, jumlah warga sipil yang tewas dalam serangan ke gudang uang ISIS amat kecil, yakni kurang dari 10 orang.

Kampanye perang melawan ISIS yang dilancarkan Pentagon selama ini dianggap kurang efektif dan lamban. Oleh karena itu, mereka mempertimbangkan untuk menghantam target-target yang lebih luas, kendati meningkatkan potensi jatuhnya lebih banyak korban sipil.

"Salah satu beban dari komando adalah untuk membandingkan nilai dari sebuah target militer dengan kemungkinan jatuhnya korban jiwa warga sipil," terang Warren.

"Ini adalah keputusan berat yang harus diambil para komandan," pungkasnya.

Menteri Pertahanan AS Ashton Carter, pada Rabu (20/1/2016) menemui para menteri pertahanan dari negara yang tergabung dalam koalisi anti-ISIS. Dalam pertemuan itu, mereka sepakan bahwa fase operasi berikutnya adalah untuk menyerang ibu kota de facto ISIS di Raqqa, Suriah, dan Mosul, Irak. (Al Arabiya)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI