MUI: Tidak Ada Ruang untuk Paham Radikal

Ardi Mandiri Suara.Com
Selasa, 19 Januari 2016 | 08:23 WIB
MUI: Tidak Ada Ruang untuk Paham Radikal
Aksi Solidaritas Teror Bom [suara.com/ Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Nusa Tenggara Timur H Abdul Kadir Makarim menegaskan pihaknya tidak akan memberi ruang sedikit pun kepada kelompok radikal untuk hidup dan perkembang di provinsi berpredikat "Rukun Mengharum" ini.

"Radikalisme harus diberantas, karena tindakan mereka tidak sesuai dengan ajaran agama manapun. Aksi serangan teroris di Jakarta, menjadi salah satu contohnya," katanya kepada Antara di Kupang, Selasa (19/1/2016).

Ia mengatakan hal ini terkait dengan programnya ke depan setelah terpilih kembali memimpin MUI NTT dalam Musda VIII organisasi Islam terbesar itu.

Makarim menambahkan MUI NTT sudah berkomitmen untuk secara intens melakukan hubungan kerja sama dengan semua pihak, khususnya agama-agama lain di NTT guna meningkatkan toleransi dan kerukunan antarumat beragama.

"Membangun komunikasi dengan semua agama serta tokoh-tokoh masyarakat dan agama sudah menjadi sebuah keharusan, karena tantangan ke depan akan bertambah kompleks," ujarnya.

Ia menegaskan kerukunan hidup antaragama dan antarumat beragama di NTT sudah menjadi harga mati yang tidak bisa ditawar-tawar lagi, sehingga kondisi ini harus dijaga bersama agar tidak terjebak dan terprovokasi dengan gerakan radikalisme.

"Kita harus bersatu padu memerangi apa yang menamakan diri sebagai kelompok radikal tersebut yang mengantasnamakan agama untuk menghabisi nyawa orang lain dengan cara-cara yang keji dan tidak manusiawi," ujarnya.

Ketua Ro'is Syuriah NU NTT itu mengatakan umat muslim di NTT sudah terbiasa hidup di tengah masyarakat yang heterogen bahkan ada yang tinggal di rumah keluarga Kristen.

"Inilah implementasi nyata dari apa yang disebut dengan kerukunan dan toleransi hidup. Kami merasa terayomi dan terlindungi oleh saudara-saudara kami yang kristen," katanya.

Dalam pemahaman dan penafsiran teologi, kata Makarim, setiap agama selalu mengedepankan nilai-nilai universal, karena Tuhan sendiri tidak memaksa hambanya untuk beragama tertentu, sehingga dalam Islam, tidak mengenal adanya paksaan dalam beragama.

Islam, katanya, justru datang membawa perdamaian dan kemaslahatan bagi umat manusia, sehingga adanya kelompok yang mengantasnamankan agama tertentu untuk melancarkan jihatnya, bukanlah tipe muslim yang sebenarnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI