Seperti yang dialami ibu bernama Debby yang tinggal di Melbourne yang kini putrinya belajar di Jakarta.
“Saya berada di-appointment ketika saya membaca teks dari putriku. Semua yang dapat saya pikirkan adalah keadaan di Jakarta, jadi saya menyelesaikan appointment-nya lebih awal supaya bisa hubungi putri saya,” kata Debby.
Untungnya, putri dari ibu Debby tidak berada lokasi kejadian saat serangan terjadi. Tetapi berita yang terdengar sampai Australia kemarin menyebutkan keadaan di Jakarta tidak terkendali.
“Saya tidak benar-benar percaya putri saya akan tewas, tetapi saya khawatir bahwa ada kemungkinan komunikasi akan hilang, saya tidak akan tahu lokasinya dan jika putriku aman atau tidak,” katanya.
“Paling tidak liputan media di Australia mantap, cepat. Cuplikan dan laporan ditayangkan live di beberapa stasiun berita,” Debby menambahkan.
Ketika Debby ditanyai apakah reaksi warga Australia terhadap serangan di Jakarta berbeda dengan reaksi terhadap serangan di Paris, Prancis, tahun lalu, dia mengatakan:
“Liputan tindakan teror apa saja mampu memunculkan sentimen anti islam, tetapi fakta bahwa kebanyakan korban peristiwa ini adalah orang muslim berarti warga Australia tidak berfokus pada orang Muslim secara umum.” (Meg Phillips)