Suara.com - Salah seorang pengunjung Starbucks yang bisa dikatakan sebagai saksi mata aksi teror di kawasan Thamrin, Jakarta, pada Kamis (14/1/2016), bernama Ernest Kawanni (30), harus mengalami trauma cukup dalam akibat kejadian itu.
Bukan apa-apa, Ernest yang mengaku sudah berada di bagian dalam kafe Starbucks sejak sekitar jam 9-an pagi, harus merasakan langsung dampak ledakan yang terhitung sangat dekat dengannya. Menurut Ernest, ledakan pertama yang berasal dari sekitar area kasir dan bartender Starbucks itu, jaraknya hanya sekitar 8 meter darinya.
"Itu sekitar jam 10-an," ujar Ernest, saat dihubungi suara.com, Kamis (14/1) sore.
"Ledakannya keras banget. Saya memang tidak sempat lihat kejadian atau proses ledakannya, tapi api ledakannya saya sempat lihat di posisi itu (dekat kasir)," sambungnya.
Ernest pun bercerita, segera setelah ledakan itu, kaca dinding Starbucks langsung pecah dan rontok berserakan. Hal itu langsung diikuti oleh segenap pengunjung dan pegawai kafe yang kabur berlarian ke arah luar. Ernest sendiri mengaku keluar melompati bagian dinding kaca Starbucks yang telah hancur rontok itu.
"Awalnya saya baru sampai di bagian smoking area, di luar kafe. Waktu itulah kemudian saya mendengar ada suara ledakan kedua, kedengarannya sih seperti dari bagian dalam (kafe) juga," tuturnya lagi, yang mengaku total sesiang itu mendengar sekitar 6 ledakan.
Masih ketika berada di bagian luar Starbucks, Ernest mengaku di tengah suasana serba panik, terdengar lagi ledakan dari arah pos polisi Jalan Thamrin. Tak lama setelah itu menurutnya, setelah sejumlah warga sempat berkerumun ke tengah jalan, lantas terdengar suara tembakan.
"Sekitar 5 ment kemudian terdengar tembakan. Nah itu, baru semua pada berlarian, berpencar-pencar," ungkap Ernest yang mengaku berlari ke bagian belakang Gedung Djakarta Theater bersama sejumlah besar orang.
Ernest menyebutkan bahwa di bagian belakang gedung itulah banyak khalayak berlindung saat kejadian, terutama ketika kemudian terdengar ada baku tembak. Di bagian itu pula menurutnya, dia sempat melihat seorang bule (warga asing) terluka yang menurutnya masih hidup, namun tidak ikut sempat menolongnya.
Selain sang bule, Ernest belakangan mengetahui bahwa dari pihak penyelenggara meeting yang diikutinya, yaitu sebuah perusahaan vendor antivirus, juga tampaknya ada korban terluka akibat bom tersebut. Demikian juga halnya dengan beberapa di antara peserta meeting.
Ada satu lagi kesaksian yang dituturkan Ernest, yaitu soal mobil kantor yang membawanya ke Starbucks dan diparkir dekat lahan Burger King. Mobil itu nyatanya berada di lokasi peledakan bom bunuh diri oleh dua terduga teroris belakangan, berseberangan sekitar dua slot parkir dengan mobil putih yang sempat menjadi lokasi sembunyi kedua pelaku.
"Itu saya sendiri udah nggak ke mobil lagi (setelah kejadian). Sesuai instruksi dari kantor, mobilnya terpaksa harus ditinggal saja di TKP. Saya kemudian kembali ke kantor di Depok," tutur karyawan PT Surganya Motor Indonesia (Planet Ban) itu.
"Tapi itu pun saya masih sempat agak lama di sana (lokasi). Sampai sekitar jam 12-an. Saya akhirnya pulang ke (kantor) Depok naik kereta, dari Stasiun Gondangdia," tambahnya.