Kekeringan, Begini Nasib Sedih Petani Gunung Kidul

Senin, 11 Januari 2016 | 02:01 WIB
Kekeringan, Begini Nasib Sedih Petani Gunung Kidul
Ilustrasi kekeringan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah lahan pertanian di Kabupaten Gunung Kidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, mulai kekurangan air. Ini disebabkan hujan tidak turun sejak beberapa minggu terakhir.

Sehingga petani mulai membeli air dan membuat sumur bor. Salah satu petani Desa Playen Mujinugroho mengatakan pada musim hujan yang mulai turun awal Desember 2015, dirinya mulai menanam padi di ladang. Namun hujan tersebut tidak berlangsung lama, hanya beberapa hari.

"Sekarang mulai membeli air untuk menyelamatkan tanaman padi yang mulai mengering," kata Muji, Minggu (10/1/2016).

Ia mengatakan dirinya sudah membeli air dari sumur bor untuk mengairi ladang miliknya. Setiap jam air dibandrol dengan harga Rp46 ribu.

"Untuk mengaliri ladang sudah membeli sebanyak lima kali, itupun tidak maksimal untuk mengairi," katanya.

Muji mengatakan kondisi tanamannya saat ini kondisinya masih bagus. Namun demikian pihaknya terus melakukan pengairan untuk memastikan kelangsungan hidup tanaman yang berumur kurang lebih dua bulan itu.

"Kalau tidak ada air malah banyak tumbuh tanaman ilalangnya, jadi harus dilakukan pengeringan terus," kata dia.

Sementara itu, salah warga Desa Pulutan, Kecamatan Wonosari Edi Prasetya mengatakan sudah beberapa bulan hujan tidak turun, menyebabkan sumur tadah hujan yang digunakan untuk pertanian dan peternakan mulai mengering.

"Sudah ada beberapa sumur yang mengering, kondisi ini semakin mengkhawatirkan akrena hujan tidak kunjug turun," katanya.

Ia beserta petani lainnya hanya mengandalkan air bersih dengan membeli air bersih dari truk tangki swasta. Ia berharap pemkab memberikan bantuan air bersih agar kebutuhan bisa terpenuhi.

"Kami berharap ada bantuan air bersih dari pemkab," katanya. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI