Untuk Bertahan Hidup, Warga Suriah Terpaksa Makan Dedaunan

Ruben Setiawan Suara.Com
Jum'at, 08 Januari 2016 | 14:47 WIB
Untuk Bertahan Hidup, Warga Suriah Terpaksa Makan Dedaunan
Seorang bayi yang sedang digendong warga di Madaya, Suriah. (Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sekitar 40 ribu orang di wilayah Madaya, Suriah, terpaksa memasak dedaunan dan mahkota bunga untuk bertahan hidup. Dedaunan jadi pilihan terakhir setelah mereka kehabisan anjing dan kucing liar untuk disembelih.

Foto-foto dan video yang diambil dari wilayah bekas resor wisata tersebut menampilkan jenazah warga, baik laki-laki, perempuan, dan anak-anak, yang tewas akibat kelaparan. Pasukan yang loyal pada Presiden Suriah Bashar al-Assad dan anggota milisi Hisbullah Lebanon terus mengepung kota, memotong suplai makanan dan minuman. Bukan hanya itu, mereka juga mencegah warga keluar dari wilayah tersebut dengan ranjau darat.

Salah satu foto yang beredar di Facebook memperlihatkan seorang warga yang sedang bersiap menyembelih seekor kucing. Sementara itu, dalam beberapa foto lainnya, terlihat beberapa anak makan sayur yang dibuat dari campuran daun zaitun dan air.

"Tidak ada lagi kucing atau anjing yang tersisa di kota ini. Bahkan dedaunan pohon yang kami makan jadi makin jarang," kata warga bernama Abu Abdul Rahman kepada Al Jazeera.

BACA JUGA: 

Militan ISIS Eksekusi Mati Ibunya yang Dituduh Murtad


Bahkan, saking kurangnya makanan, warga menjalani hari-hari mereka dengan berdiam diri, tidak beraktivitas. Tujuannya, untuk menghemat energi.

Menurut laporan organisasi Palang Merah, karena suhu udara kian menurun, warga setempat terpaksa membakar sampah-sampah plastik untuk menghangatkan diri.

Dedaunan dan mahkota bunga yang dimasak mungkin tidak menjadi masalah buat orang dewasa maupun anak-anak yang sehat. Namun, bagi orang-orang lanjut usia dan mereka yang sakit, makanan semacam ini tidak memberikan cukup nutrisi.

"Kami tidak dapat memberikan susu bagi bayi," kata Dr. Khaled Mohammed kepada kantor berita Jerman Deutsche Presse.

"Hari ini saja, seorang bocah berusia 10 tahun meninggal akibat menderita malnutrisi," sambungnya.

Harga satu kilogram beras saja, yang menjadi makanan pokok warga kota, meroket hingga 170 Poundsterling atau setara Rp3,4 juta. Harga ini jauh melebihi kemampuan warga biasa, kecuali bagi mereka yang kaya.

Manajer dewan medis di Madaya, Dr. Mohamad Youssef, kepada Sky News, mengatakan bahwa setiap harinya, ada dua atau tiga warga yang sekarat karena kelaparan.

"Angka kematian amat tinggi di kalangan lansia, perempuan, dan anak-anak," katanya.

"Staf kesehatan selalu siaga 24 jam. Mereka merawat orang-orang yang sakit parah dan pingsan, siang dan malam," ujarnya.

Madaya adalah kota yang hanya berjarak 24 kilometer dari ibu kota Suriah, Damaskus, pusat pemerintahan rezim Presiden Bashar al-Assad.

Organisasi Palang Merah berharap, akan mengirimkan bantuan ke Madaya dalam beberapa hari ke depan. Namun, mereka pesimistis, paket bantuan makanan tersebut akan banyak membantu warga.

Pada pertengahan bulan Oktober lalu, lebih dari 20 truk berisi bantuan logistik dikirimkan ke Madaya. Namun, kini bantuan tersebut sudah habis. Situasi kian memburuk sejak saat itu. (Independent)

BERITA MENARIK LAINNYA: 

Terlalu Banyak Gunakan Deodoran Remaja Ini Tewas Keracunan

Percakapan Kocak Syahrini Ngomong Sunda, Maia Ngomong Jawa

Selama Ini, Manusia Mencari Alien di Tempat yang Salah

Haruskah Saya Mencabut Baterai dari Laptop Agar Lebih Awet?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI