Di pinggir Stasiun Jatinegara, suatu ketika, dia kenal waria. Waria itu menceritakan betapa mengiurkan hasil dari menjajakan diri. Oma Yotti penasaran dan tertarik pada penawaran itu. Lama-kelamaan, dia menikmati pekerjaan sampai 31 tahun kemudian.
Pahit getir prostitusi waria pernah dirasakan Oma Yotti. Dia pernah dicaci dan dihina orang.
"Biasa kalau diejek dibilang banci, aku terima aja, mau gimana lagi," kata Oma Yotti.
Pernah suatu hari, dia tidak dibayar pelanggannya. Dia sangat kesal, bahkan sampai mengingat terus wajah lelaki tak bertanggungjawab itu.
"Saya kesal, mau gimana lagi. Jadi saya ingetin aja muka pelanggan saya," kata Oma Yotti.
Sampai akhirnya, Oma Yotti merasa sudah lelah menjadi waria yang hidup di jalanan. Dia langsung menerima tawaran menjadi koki di kapal.
"Saya berhenti jadi PSK. Saya dapat tawaran jadi koki di kapal, jadi juru masak di Bogor, saya juga pernah kerja di restoran di Bali hingga ke Malaysia," katanya.
Tahun 2009 mempertemukannya dengan mami Yuli. Kebetulan ketika itu, mami Yuli butuh tenaga kepala rumah tangga rumah singgah waria jompo. Oma Yotti senang bukan main.
Sekarang, sehari-hari dia berada di rumah singgah yang terletak di gang Golf, nomor 176, Pancoran Mas, Kota Depok, Jawa Barat. Dia bisa memanfaatkan keterampilannya memasak, dia juga bisa menularkan kemampuannya kepada waria-waria lain yang didampingi di rumah singgah. Sekarang, dia merasa sangat percaya diri dan bisa memberikan hal-hal positif kepada orang lain.
Oma Yotti mengenang perjalanannya.