Potret Diskriminasi Waria Ketika Lansia hingga Tutup Usia

Rabu, 06 Januari 2016 | 20:45 WIB
Potret Diskriminasi Waria Ketika Lansia hingga Tutup Usia
Para waria yang tergabung dalam Forum Komunikasi Waria Indonesia Peluncuran 'Say Cyin Line Chat Sticker' di Paviliun 28, Jakarta, Rabu (6/1/2016). [suara.com/Ummi Hadyah Saleh]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Diskriminasi yang diterima para waria tidak hanya terjadi ketika mereka memutuskan untuk mengubah statusnya menjadi perempuan. Saat lansia bahkan ketika ajal tiba, para waria ini pun seakan tidak habis-habisnya mendapatkan perlakuan yang tak adil.

Ketua Forum Komunikasi Waria Indonesia, Yulianus Rettoblaut SH, MH., yang akrab disapa Mami Yuli mengatakan, tidaknya adanya pengakuan secara sah di mata hukum terhadap status mereka menjadi alasan adanya diskriminasi ini.

"Kami dianggap sampah dan dipandang sebelah mata. Padahal sebagai warga negara, kami berhak mendapatkan perlakuan yang wajar seperti masyarakat lainnya," ujarnya pada temu media di Jakarta, Rabu (6/1/2016).

Meski masih mendapat uluran tangan dari pemerintah, pemberdayaan diakui Mami Yuli, lebih difokuskan pada waria usia produktif. Padahal, lanjut dia, jumlah waria yang memasuki usia lanjut usia tidak bisa dibilang sedikit.

"Waria itu umumnya ditolak oleh keluarganya. Akibatnya ketika sudah lansia mereka tidak bisa mendapatkan penghidupan yang layak. Apalagi raga sudah tidak mampu untuk bekerja sebagaimana ketika masih usia produktif," imbuhnya.

Belum lagi ketika meninggal, tambah Mami Yuli, banyak waria yang dikuburkan secara massal karena adanya penolakan dari keluarganya.

"Kendala ketika sakit atau meninggal akan jadi masalah. Misalnya ketika waria meninggal maka biasanya akan diserahkan ke polisi dan dikuburkan massal karena mereka nggak punya identitas atau nggak diterima oleh keluarganya. Padahal kami ini sama-sama manusia lho," ungkapnya prihatin.

Mewakili kaum waria lainnya, Mami Yuli pun berharap diskriminasi yang dialamatkan kepada kelompoknya bisa berakhir. Ia pun memilih untuk memutus rantai diskriminasi dengan menunjukkan prestasi meski menyandang predikat waria.

"Saya juga mengimbau kepada waria muda lainnya, bahwa pendidikan itu penting. Apalagi image waria kan pendidikannya rendah. Kita coba ubah image itu. Pendidikan nomor 1 dan berprestasi agar tidak dipandang sebelah mata oleh masyarakat," tutupnya bersemangat.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI