Bahrain dan Sudan Ikuti Saudi, UEA Kurangi Hubungan dengan Iran

Senin, 04 Januari 2016 | 20:39 WIB
Bahrain dan Sudan Ikuti Saudi, UEA Kurangi Hubungan dengan Iran
Polisi anti-huru-hara Iran tampak berjaga di antara para pengunjuk rasa di depan Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran, Minggu (3/1/2016). [Reuters/Raheb Homavandi/TIMA]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Ketegangan di Timur Tengah pasca-eksekusi mati puluhan terpidana --termasuk seorang ulama Syiah bernama Syekh Nimr al-Nimr-- oleh pemerintah Arab Saudi, masih terus berkembang. Kini, setelah Saudi merespons penyerbuan pengunjuk rasa ke kedutaan mereka di Teheran dengan cara memutus hubungan diplomatik, sejumlah negara lain pun menyusul.

Yang terbaru mengambil langkah dalam kaitan masalah ini adalah Sudan, yang sebagaimana diberitakan Reuters, Senin (4/1/2015), juga menyatakan memutuskan hubungan diplomatik mereka dengan Iran.

"Sebagai respons atas serangan barbar terhadap Kedutaan Besar Arab Saudi di Teheran dan kantor konsulatnya di Mashhad... pemerintah Sudan mengumumkan memutuskan hubungan (diplomatik) dengan Republik Islam Iran," ungkap Kementerian Luar Negeri Sudan.

 
Sementara itu sebelumnya, tak lama setelah pernyataan pemutusan hubungan diplomatik dengan Iran oleh Arab Saudi, otoritas Bahrain pun ikut menyatakan hal serupa. Untuk diketahui, Bahrain sendiri adalah negara kerajaan dengan warga mayoritas Syiah, namun diperintah oleh keluarga Sunni.

Di bagian lain, Uni Emirat Arab (UEA) pun tak ketinggalan telah menyatakan respons mereka atas perkembangan yang terjadi. Meski tidak mengambil langkah ekstrem dengan memutus hubungan diplomatik sepenuhnya, UEA mengumumkan bahwa mereka saat ini memutuskan untuk mengurangi level hubungan dengan Iran.

"UEA telah memutuskan untuk mengurangi level perwakilan diplomatik dengan Republik Islam Iran sampai ke tingkatan diplomat, sekaligus mengurangi jumlah diplomat Iran di negeri ini," ungkap pemerintah UEA sebagaimana dilansir kantor berita WAM. [Reuters]

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI