Suara.com - Warga yang tergabung dalam Forum Komunikasi Masyarakat Peduli Pesisir Lumajang dan LSM Laskar Hijau menggelar "Festival Seni Pasir" di Pantai Watu Pecak, Desa Selok Awar-awar, Kabupaten Lumajang, Jawa Timur, Sabtu (2/1/2016).
Festival di Kecamatan Pasirian itu diikuti 150 peserta, baik perorangan maupun kelompok yang dimulai pukul 09.00-15.00 WIB di lokasi bekas tambang pasir liar yang ditolak oleh aktivis antitambang Salim Kancil dan Tosan.
"Kegiatan itu sebagai salah satu bentuk kampanye untuk melestarikan pesisir selatan Lumajang. Sehingga tidak boleh ada penambangan pasir di kawasan pesisir," kata Koordinator LSM Laskar Hijau A'ak Abdullah Al-Kudus, Sabtu sore.
Pesan yang ingin disampaikan dalam kegiatan Festival Seni Pasir yakni pasir di Lumajang tidak harus ditambang. Namun juga bisa dinikmati dan dikreasikan menjadi sebuah karya seni yang menarik, bahkan bisa menjadi objek wisata.
"Banyaknya pasir di Lumajang yang ditambang membuat dampak kerusakan lingkungan yang cukup besar, sehingga diharapkan dengan kampanye melalui festival itu menyadarkan masyarakat pentingnya menjaga kelestarian lingkungan," tuturnya.
Panitia juga menyiapkan hadiah dan tropi bagi juara Festival Seni Pasir yakni juara pertama Rp3 juta, juara kedua Rp2 juta dan juara ketiga mendapatkan Rp1 juta.
"Kami sudah siapkan hadiah dan tropi bagi para pemenang. Kegiatan membuat seni pasir tersebut dilakukan baik berkelompok maupun perorangan," katanya.
Festival Seni Pasir tersebut merupakan rangkaian acara sebelum kegiatan istighatsah 100 hari meninggalnya almarhum Salim Kancil di lokasi yang sama pada Minggu (3/12/2015). Acara doa bersama tersebut rencananya dihadiri oleh Menteri Desa, Percepatan Desa Tertinggal, dan Transmigrasi Marwan Jakfar dan Pansus Pertambangan DPRD Provinsi Jawa Timur. (Antara)