Gubernur meminta masyarakat di Ambon yang ingin menikmati jembatan yang menjadi ikon pembangunan di Maluku tersebut untuk bersabar. Karena konsultan masih menghitung ulang pekerjaan yang akan dilakukan untuk memperbaiki pergeseran yang terjadi.
"Tetapi saya pastikan perayaan malam pergantian tahun tetap dilakukan dari atas JMP. Masyarakat silahkan datang untuk menyaksikannya sekaligus merayakannya bersama-sama," tandas Gubernur Said.
JMP yang mulai dikerjakan Juni 2011 oleh PT. Waskita Karya, PT. Pembangunan Perumahan dan PT. Wijaya Karya selaku kontraktor ditargetkan rampung pada 25 Oktober 2015 ditangguhkan hingga Januari 2016 karena kendala teknis.
Sejumlah faktor yang mempengaruhi penyelesaian pembangunan JMP antara lain kurangnya peralatan yang dibutuhkan, material yang didatangkan dari luar daerah serta beberapa kendala teknis lain.
Selain itu, koordinasi dan konsultasi dengan pihak-pihak terkait, terutama TNI Angkatan Laut menyangkut tinggi bentangan tengah jembatan yang harus mempertimbangkan jalur masuk keluar kapal perang, sehingga pekerjaannya molor dari target yang direncanakan.
JMP adalah salah satu proyek yang terindikasi mangkrak akibat lamanya waktu penyelesaiannya sejak peletakan batu pertama Juni 2011.
Panjang keseluruhan JMP yakni 1,06 kilometer ini akan menghubungkan desa Poka dan Galala yang dipisahkan oleh Teluk Ambon.
Jembatan ini terdiri dari jembatan pendekat arah Galala sepanjang 300 meter, pendekat arah Poka 320 meter dan bentang tengah 300 meter, tinggi pylon 89,5 meter, lebar 22,5 meter yang dibagi dua jalur.
Tujuan pembangunan JMP untuk mempercepat jarak tempuh ke pintu keluar Bandara Internasional Pattimura serta kawasan Jazirah Leihitu, Pulau Ambon, Kabupaten Maluku Tengah, sehingga diharapkan bisa mengurangi tingkat kepadatan kendaraan.
Pembangunannya bertujuan menunjang pengembangan fungsi kawasan di Teluk Ambon sesuai dengan Tata Ruang Kota Ambon di mana Poka-Rumahtiga sebagai kawasan pendidikan dan Durian Patah - Telaga Kodok sebagai kawasan pemukiman. Selain itu, JMP juga menunjang sistem jaringan jalan yang telah ada, khususnya jazirah Leihitu serta mempersingkat jarak dan waktu tempuh kendaraan (mengurangi biaya operasi) menuju Bandar Udara Internasional Pattimura di Laha sebagai pintu keluar ke provinsi lainnya. (Antara)