Suara.com - Kondisi Partai Golkar dari saat ke saat makin terpuruk. Bermula dari hasil Pemilu 2014 yang menempatkan Golkar hanya sebagai pemenang kedua sesudah PDI Perjuangan dan di DPR RI kursi Golkar hanya 91 suara.
Lebih memprihatinkan, meskipun Golkar pemenang kedua tapi Ketua Umum Golkar Aburizal Bakrie gagal menjadi capres, bahkan tidak laku sebagai wapres sekalipun. Kondisi kisruh yang melanda internal partai inilah yang mendorong ajang perpecahan yang melahirkan dua pengurus, yaitu DPP Golkar hasil Munas Bali dan DPP Golkar hasil Munas Ancol. Kedua pengurus DPP dilahirkan pada akhir 2014. Kasus yang paling menohok adalah perilaku Setya Novanto sebagai Ketua DPR yang mengundurkan diri, tapi malah akan dijadikan Ketua Fraksi Golkar.
“Rentetan kisruh itu yang membuat Golkar pelan – pelan mati terbunuh oleh petingginya sendiri. Jadi Golkar itu mati pelan – pelan bukan karena faktor eksternal, namun kesemuanya karena faktor internal,” kata politisi senior Partai Golkar Zainal Bintang, Senin (28/12/2015).
Menurut Bintang dengan kondisi internal Golkar yang berjalan dengan pola “one men show” membuat Golkar dari hari ke hari kehilangan legitimasi di masyarakat. Bintang menyontohkan hasil pilkada serentak 9 Desember yang menyedihkan bagi Golkar.
“Banyak kader Golkar jadi pemenang pilkada justru tidak menggunakan Golkar. Banyak yang lewat jalur independen,” kata Ketua Koordinator Eksponen Ormas Tri Karya Golkar.
Bintang menunjuk Rita Widyasari, Bupati Kutai Kertanegara, menang mutlak di daerahnya sebagai petahana tanpa memakai Partai Golkar, padahal Rita dan ayahnya, Syaukani, dikenal sebagi tokoh Golkar.
Di Sulawesi Selatan keluarga Syahrul Yasin Limpo (Gubernur Sulsel dan Ketua DPD Golkar Sulsel) memenangi pilkada tanpa menggunakan kendaraan Golkar.
“Pesan saya kepada semua kader Golkar sejati supaya bangkit menyelamatkan Golkar,” katanya.
Menurut pandangan Bintang, sangat mustahil sengketa internal Golkar dapat diselesaikan oleh petinggi yang sedang bertikai.
Kedua petinggi, katanya, sudah seharusnya malu dan harus mengakui kegagalannya.
“Tapi jangan harap mereka rela memberikan begitu saja kekuasan itu kepada calon penggantinya," kata Bintang.