Suara.com - Sedikitnya lima orang dilaporkan tewas, sementara belasan lainnya hilang setelah tanah longsor menyapu kawasan pertambangan batu giok di Negara Bagian Kachin, Myanmar, Jumat (25/12/2015) waktu setempat.
Insiden longsor ini terjadi di Hpakant, sebuah kawasan yang terletak di antara Cina dan India. Kawasan ini juga dikenal akan industri tambang batu giok yang bernilai miliaran Dolar.
"Kami dengar kabar bahwa sekitar 50 orang terkubur di bawah longsoran dan empat atau lima jenazah ditemukan pagi ini," kata seorang pekerja salah satu tambang batu giok di daerah tersebut.
Kepolisian setempat belum bisa memastikan berapa jumlah korban dalam peristiwa tersebut.
"Kami belum mendengar laporan dari tim penyelamat," kata seorang petugas Kantor Kepolisian Hpakant.
Peristiwa semacam ini bukan yang pertama. Pada tanggal 22 November lalu, tanah longsor terjadi di kawasan pegunungan Negara Bagian Kachin dan menewaskan 114 orang. Kawasan ini terkenal pula sebagai tambang giok berkualitas tinggi di dunia.
Insiden yang kerap menimbulkan kematian di tambang giok diyakini terjadi akibat kurangnya penerapan standar keselamatan bagi pekerja oleh perusahaan-perusahaan pengelola tambang. Sebagian besar giok yang ditambang di Hpakant diduga diselundupkan ke Cina. Di Negeri Tirai Bambu, giok yang dipercaya mampu mendatangkan kemakmuran dan umur panjang dihargai amat tinggi.
Berdasarkan data yang dimiliki Kementerian Pertambangan Myanmar, ada sekitar 800 perusahaan tambang yang beroperasi di Hpakant. Namun, hanya 10 yang mendominasi dan sebagian besar merupakan perusahaan milik pengusaha Cina.
Beberapa bulan belakangan, kegiatan penggalian digiatkan menjelang pergantian pemerintahan lama ke pemerintahan baru. Partai NLD pimpinan politisi oposisi Aung San Suu Kyi bertekad memperketat aturan pertambangan giok jika pemerintahan baru telah berjalan nanti. (Reuters)
Longsor Timbun Tambang Giok Myanmar, 5 Tewas, 50 Hilang
Ruben Setiawan Suara.Com
Minggu, 27 Desember 2015 | 05:50 WIB
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News
BERITA TERKAIT
Krisis Rohingya Memburuk, 60.000 Pengungsi Baru Banjiri Bangladesh
22 Desember 2024 | 22:34 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI
News | 09:05 WIB
News | 08:23 WIB
News | 08:02 WIB
News | 07:43 WIB
News | 07:32 WIB
News | 02:10 WIB