Natalan Keluarga Beda Agama, Romo Benny: Mereka Sudah Matang

Siswanto Suara.Com
Jum'at, 25 Desember 2015 | 21:10 WIB
Natalan Keluarga Beda Agama, Romo Benny: Mereka Sudah Matang
Misa Natal di Gereja GPIB Immanuel, Gambir, Jakarta, Kamis (24/12) malam. [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pasangan yang memutuskan untuk menikah beda agama biasanya jiwa-jiwa mereka telah matang atau siap dengan segala pertentangan yang kemungkinan datang.

"Mereka biasanya sudah matang dan punya kebiasaan-kebiasaan yang baik," kata Sekretaris Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Konferensi Wali Gereja Indonesia Romo Benny Susetyo kepada Suara.com, Jumat (25/12/2015). Pernyataan Romo Benny terkait topik Natal di keluarga yang berbeda agama.

Itu sebabnya, kata Romo Benny, ketika mereka telah hidup berdampingan, tingkat terjadinya perselisihan lebih kecil.

 "Orang yang beda keyakinan biasanya mereka mampu menjaga komunikasi, mampu menjaga keharmonisan," kata Romo Benny.

Pada prinsipnya, kata Romo Benny, perbedaan-perbedaan yang muncul dalam perkawinan dapat diatasi dengan komunikasi.

"Dan banyak keluarga beda keyakinan agama yang saya jumpai itu hidup harmonis, rukun, damai," kata Romo Benny.

Menurut Romo Benny tidak benar kalau kemudian perbedaan keyakinan dianggap jadi dalang terjadinya persoalan dalam rumah tangga.

"Karena kuncinya komunikasi. Ketika mereka berani menikah beda keyakinan, mereka tentu punya toleransi," katanya.

 Contoh kecil toleransi dalam rumah tangga beda agama ialah ketika istri pergi ke gereja untuk misa Natal, suami dengan senang hati mengantar dan menjemput.

Sebaliknya juga begitu, ketika suami menjalankan puasa, istri mendukung dengan menyiapkan makanan.

Di Indonesia, kata Romo Benny, sejak berabad-abad yang lalu mengenal adanya perbedaan bisa hidup berdampingan.

Itu kemudian jadi semboyan Bhinneka Tunggal Ika yang artinya berbeda-beda, tetapi satu jua. Semboyan ini berasal dari buku atau kitab Sutasoma karangan Mpu Tantular.

"Hidup rukum damai itu sudah lama dikenal di Indonesia," kata Romo Benny.

Romo Benny menambahkan semboyan kebhinekaan sudah sangat lama menjadi bagian dari cara berpikir dan bertindak masyarakat.

Sekali lagi Romo Benny mengatakan yang membuat kehidupan rumah tangga berselisih paham ialah sikap hanya mementingkan diri sendiri.

"Persoalan tentang bagaimana seseorang menjadi lebih dewasa, tidak egois, tidak hanya menang sendiri. Berkeluarga dibutuhkan komunikasi, dibutuhkan keberanian  untuk mengakui kalau salah. Jadi, bisa saling melengkapi.  Kebanyakan orang yang bermasalah itu kan, egois, pokoknya yang lain salah, tidak berani mengampuni. Jadi, sulit. Kan perkawainan menyatukan dua pribadi yang beda," tutur Romo Benny.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI