Suara.com - Sejak GKI Yasmin di Bogor dan Gereja HKBP Filadelfia di Bekasi, Jawa Barat, disegel, sekitar 300 jemaat terpaksa melaksanakan ibadah di berbagai tempat. Kalau dihitung-hitung, mereka sudah ibadah sebanyak 107 kali di luar gereja sejak Februari 2012.
Seperti hari ini, Jumat (25/12/2015), mereka menyelenggarakan perayaan Natal di seberang Istana Presiden, Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.
Perayaan Natal ini untuk mengingatkan Presiden bahwa sampai saat ini masih ada pelanggaran terhadap hak pendirian tempat ibadah.
"Tempat kami yang sah adalah dua gereja itu. Jadi kalau pemerintah ini tidak suka dengan keberadaan kami di seberang Istana ini, jalan satu-satunya adalah bukalah gereja kami. Gereja kami itu adalah sah berdasarkan putusan Mahkamah Agung," kata Bona
Jemaat sangat mengharapkan pengertian Presiden Jokowi untuk membantu menyelesaikan problem yang sudah berlangsung bertahun-tahun.
"Kami berharap bapak Presiden Jokowi akan mampu menegakkan konstitusi dan putusan pemerintah dan menjadi pelajaran bagi semua kepala daerah bahwa semua kepala daerah adalah bagian dari Republik Indonesia. Bukan kerajaan-kerajaan kecil yang boleh membangkang terhadap Mahkamah Agung," kata Bona.
Hingga perayaan Natal di seberang Istana mau selesai, kursi yang disediakan untuk Presiden Jokowi tetap terlihat kosong.
Bahkan, sampai acara ditutup panitia, Kepala Negara tidak menunjukkan tanda-tanda datang.
Tadinya, jemaat mengundang Jokowi turut menghadiri perayaan Natal GKI Yasmin dan Gereja HKBP Filadelfia agar dapat meresapi keadaan dan harapan-harapan mereka sesungguhnya.
"Bukalah kembali gereja kami, pemerintah belum ada yang berani supaya menjadi pembelajaran," kata dia. (Eva Aulia)