Suara.com - Gejolak perebutan wilayan antara Palestina dan Israel masih berlanjut, termasuk di bulan Natal ini. Perayaan natal di sana dalam ketakutan setelah aksi teror kelompok intoleran di sana.
Bethlehem, salah satu kota yang memiliki penduduk Kristen terbanyak di Palestina. Di sana perayaan Natal tetap dilakukan meski relatif sepi. Perayaan Natal di sana terpusat di Manger Square.
Kamis kemarin, terjadi penyerangan terhadap pasukan Israel di Tepi Barat, dekat Bethlehem. Empat orang tewas dalam aksi itu. Namun peristiwa itu dilupakan sejenak.
Betlehem kini dihias lampu-lampu natal. Iringan lagu natal terdengar, begitu juga kumpulan drum band anak-anak kota itu.
"Ada lampu, ada lagu-lagu Natal, tapi ada rasa yang mendasari ketegangan," Paul Haines, turis dari Cornwall, Inggris.
Lisette Rossman, seorang mahasiswa 22 tahun dari Albuquerque, New Mexico mengatakan kekerasan sempat membuatnya berpikir dua kali tentang mengunjungi seorang teman yang belajar di Yerusalem. Tapi akhirnya dia ke Bethlehem juga.
"Itu adalah salah satu impian saya untuk datang ke sini," jeasnya.
Malam Natal, ribuan orang memadati Manger Square. Mereka mengagumi kilauan pohon Natal dan mendengarkan liburan musik yang dimainkan oleh marching band dan pasukan pramuka. Di sana banyak yang menjual kopi lokal. Tradisi Natal di sana juga diisi dengan acara minum anggur.
"Kami berada di Bethlehem merayakan Natal, merayakan ulang tahun junjungan kita Yesus Kristus. Ini adalah tempat kelahiran raja damai, sehingga apa yang kita inginkan adalah perdamaian," kata Rula Maayah, Menteri Pariwisata Palestina.
Bethlehem memang menjadi pusat pariwisata di Palestina. Namun perang membuat kunjungan wisatawan ke sana turun sampai 25 persen tiap tahun. (Fox News/AP)