Suara.com - Ada yang berbeda dari perayaan Misa Natal Gereja Paroki Tritunggal Mahakudus, di Desa Tuka, Kecamatan Banjar, Kabupaten Badung, Provinsi Bali. Berbeda dengan Misa Natal lain di Indonesia, terdapat perpaduan adat dan budaya Bali begitu kental saat umat Kristen di desa setempat melaksanakan Misa Natal, Kamis malam (24/12/2015).
Kaum perempuan kebanyakan mengenakan kain dan baju kebaya serta pria mengenakan kain, baju dan udang (ikat kepala). Jemaat mengenakan busana khas Bali itu berbondong-bondong ke gereja tertua di desa itu yang sudah beberapa kali mengalami perbaikan.
Para jemaat sebelum memasuki tempat suci itu terlebih dulu masing-masing memercikkan kepalanya dengan air suci di depan pintu masuk.
Ketua Dewan Pastoral Paroki Tritunggal Mahakudus Tuka, I Gusti Ngurah Darmadi mengatakan, Misa Natal yang dilakukan warga Banjar Tuka dalam merayakan Natal memang berbeda dengan daerah lainnya pada umumnya.
"Di sini kami mengenakan pakaian adat Bali. Bahkan di depan gereja dipasang penjor dan di dalam gereja dihaturkan rangkaian janur kombinasi buah-buahan (sesajen)," ujarnya.
Ia mengatakan, warga masyarakat setempat mewarisi tradisi tersebut sejak 78 tahun silam.
"Ini memang sudah berlaku sejak zaman nenek moyang kami. Walaupun diguyur hujan perayaan Misa Natal cukup lancar dan semoga umat manusia dapat hidup rukun berdampingan satu sama lain," kata I Gusti Ngurah Darmadi.
Banjar Tuka termasuk pemekaran pemukiman di sekitarnya berpenduduk 800 kepala keluarga, mayoritas beragama Kristen. Suasana alam lingkungan pedesaan itu masih tampak lestari dan menghijau itu merupakan dusun pertama di Bali yang penduduknya memeluk agama Kristen, sejak tahun 1937 atau 78 tahun yang silam.
Penyebaran agama Kristen itu ditandai dengan pelaksanaan baptis pertama oleh penginjil Tshang Toha (China) kepada sejumlah penduduk di Tukad Yeh Poh, Desa Dalung, Kabupaten Badung.
Dua aliran Kristiani masing-masing Katholik berkembang di Desa Tuka, dan Kristen Protestan di Dusun Untal-Untal, Kabupaten Badung. Pada tahun 1937 ajaran tersebut kemudian disebarkan ke beberapa daerah lain di Bali oleh misionaris asal Jawa Timur.
Para pemeluk Kristen kemudian menyebar ke daerah pedalaman di Desa Palasari, Desa Gumbrih dan beberapa desa sekitarnya di wilayah Kabupaten Jembrana, Bali barat.
Selain itu juga berkembang ke wilayah Kabupaten Tabanan, khususnya di desa Piling, Negesta, Kecamatan Penebel, Kabupaten Tabanan dan daerah lainnya di Pulau Dewata.
Oleh sebab itu perayaan Natal di desa-desa di Bali umumnya berbeda dengan perayaan Natal di gereja-gereja yang ada di jantung Kota Denpasar maupun hotel-hotel berbintang di kawasan Nusa Dua, Kuta, Kabupaten Badung maupun Sanur, Kota Denpasar.
(Antara)