Suara.com - Pengamat perkotaan Yayat Supriatna menyarankan kepada Dinas Sosial untuk menyikapi keberadaan joki three in one di Jakarta. Soalnya, sebagian dari mereka tak hanya menolong pengemudi mobil melewati kawasan three in one, melainkan juga memberikan layanan mesum.
“Dinas Sosial harus ada tindakan untuk joki plus-plus, harus adanya pembinaan, artis saja ditangkap," kata Yayat kepada Suara.com, Kamis (24/12/2015).
Yayat mengatakan keberadaan prostitusi di kalangan joki three in one harus diteliti.
"Kita harus mengadakan penelitian, siapa saja joki plus-plus yang terlibat dalam kegiatan ini, apakah anak muda atau ibu-ibu, jika memang benar adanya kegiatan prostitusi pemerintah harus cepat melakukan pembinaan," kata Yayat.
Kemarin, Suara.com mewawancarai mantan joki three in one plus-plus berinisial R (29) di Senayan. Dia bercerita sedikit tentang seluk beluk joki plus-plus.
Menurut R yang sudah tiga tahun menjadi joki, bagi orang biasa sulit membedakan mana joki plus-plus dengan mana yang joki biasa. Bahkan sesama joki juga sulit membedakannya.
"Itu mah mas, nggak bisa diciriin. Ketika kita di dalam mobil baru mau apa ngga, tapi kalau sama temen sesama joki yang lain dulu nggak ada yang tahu," kata R kepada Suara.com di Jalan Asia-Afrika.
R mengatakan menjadi joki plus-plus sebenarnya bukan tujuan utamanya. Ia terpaksa memberikan layanan esek-esek demi mengumpulkan uang untuk mencukupi kebutuhan hidup.
Soalnya, uang yang didapat hanya dengan jasa joki jauh lebih kecil dibandingkan kalau nyambi layanan plus-plus.
"Sekali dibawa bisa dikasih HP saya mas, tapi sering dikasih duit sih mas, saya terpaksa buat biaya hidup mas," kata R.
Layanan plus-plus umumnya dilakukan oleh sebagian joki yang masih ABG.