"Rumah dan sekolah adalah arena pembelajaran kembangkan untuk mengajarkan nilai-nilai itu, demikian juga dengan pembelajaran di lingkungan keluarga," katanya.
Terkait dengan nilai UN, waktu memimpin kota dan provinsi, dirinya pertama sekali ditanya oleh kepala dinss pendidikan berapa target nilai UN.
"Saya katakan apa adanya saja, gak ada target, apakah kita bangga dengan nilai UN tinggi tapi dengan cara tidak terpuji? Saya tidak mau seperti itu," katanya.
Menurut Presiden Indonesia harus kembali bahwa sekolah mengajarkan nilai-nilai etika atau budi pekerti, kejujuran, kepatutan, kepantasan dan moralitas yang baik.
"Kita ingin negara ini maju dihormati dan punya martabat. Itu dimulai dari pendidikan yang diberikan sekolah. Kita mungkin metik 10 tahun kemudian," katanya.
Presiden menyampaikan apresiasi kepada 503 sekolah, baik SMP, MTS, SMA, MA, dan SMK yang memperoleh indeks kejujuran tertinggi dalam pelaksanaan UN selama beberapa tahun terakhir.
"Di tengah langkanya nilai integritas, ada ribuan sekolah yang menjunjung integritas, menghargai usaha sendiri," katanya.
Presiden berharap kepala sekolah menjaga kejujuran dalam semua aspek di sekolah, tidak hanya menambah siswa dengan buku yang semakin tebal sehingga tas anak semakin berat.
"Anak harus dibekali dengan pendidikan budi pekerti, moralitas, etos kerja yang baik yang sering kita lupakan. Bagi saya kejujuran adalah bagian paling dasar dari pendidikan. Kecurangan tidak boleh diberi toleransi," kata Jokowi. (Antara)