Ketika Remaja Kampanye Bahaya Seks Bebas dan Narkoba

Kamis, 17 Desember 2015 | 02:56 WIB
Ketika Remaja Kampanye Bahaya Seks Bebas dan Narkoba
Ilustrasi narkoba [suara.com/Kurniawan Mas'ud]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Boy fasih bicara soal bahaya seks bebas, narkoba dan kesehatan reproduksi. Sambil tersenyum, siswa kelas IX SMK 3 Kabupaten Ogan Komering Ulu (OKU) itu juga tidak canggung bicara organ tubuh vital.

Baginya, bicara organ tubuh perempuan dan lelaki bagian dari pengatahun yang tidak tabu. Siswa bernama lengkap Muhammad Aji itu belajar setelah menjadi 'agen' Perkumpulan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) Kabupaten OKU.

Sudah setahun setengah Boy mengikuti berbagai pendidikan seputar kesehatan reproduksi di PKBI. Dia cerita awal bergabung dengan PKBI OKU.

"Awalnya lihat dulu. Ada pameran peringatan Hari Antinarkoba dan Hari AIDS. Pas Boy lewat, ada PKBI. Ternyata itu perkumpulan remaja yang menolak narkoba dan seks bebas," cerita dia kepada di OKU, Summatera Selatan.

Boy menilai perlu tahu banyak soal alasan kuat untuk tidak berhubungan seks bebas di luar pernikahan dan menjauhi narkoba. Dia tidak malu saat mempelajari organ tubuh manusia, terutama bagian vital dan jenis-jenis penyakit menular seksual.

"Reproduksi juga bagian penting dari hidup. Bagaimana caranya memakai KB? Apa itu KB? Oh jadi dua anak itu lebih baik," ungkapnya.

Di balik keinginan remaja yang tengah mempelajai jurusan survei pemetaan di sekolahnya itu, ternyata kenyataan jika kebanyakan remaja di perkotaan di Indonesia menggunakan narkoba dan seks bebas. Namun dia mengklaim di lingkungannya belum menemukan yang menggunakan narkoba dan berhubungan seks bebas pranikah.

"Saya lihat di TV. Ternyata setelah tahu rasanya mereka menyesal. Merusak masa depan," kata dia.

Selepas lulus sekolah dan beranjak kuliah, Boy berjanji tidak akan berhenti mengkampanyekan bahaya narkoba dan kesehatan reproduksi ke teman sebayanya. Meski menurutnya kadang itu terasa sulit.

"Kesulitannya dikasih tahu nggak semua orang yang menanggapi apa yang kita bicarakan. Banyak yang acuh," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI