Suara.com - Bicara soal copet, supir angkot adalah salah satu orang yang punya banyak informasi soal itu. Dia hafal ciri-ciri copet yang naik angkotnya.
Dedi Ahmad (39), supir angkot D 02 rute Pondok Labu - Ciputat adalah salah satu supir itu. Dia sebenarnya tidak tega membiarkan penumpang duduk bersama copet. Tapi, bagaimana lagi.
"Saya sudah kode mas ke penumpang, saya kedipin mata, maksud saya biar pindah (tempat duduk), ada copet dalam angkot mas lewat kaca yang buat nengok penumpang," kata Dedi saat ditemui di Pondok Labu, Jakarta Selatan, Rabu (16/12/2015)
Kalau penumpang yang jadi target copet tidak memahami kode kedipan mata, biasanya Dedi akan memanggil penumpang tersebut dengan berpura-pura tanya tujuan atau minta bayaran. Tujuannya agar dia tidak berdekatan dengan copet.
"Biar dia pindah duduknya mas di belakang supir, eh, malah nggak digubris, padahal saya kode bahwa ada copet," kata Dedi.
Dedi sedih kalau penumpangnya tidak paham-paham dengan kodenya.
"Suruh saya pindah, eh dia malah diam saja, hilang katanya barangnya di tas tahu apaan isinya, pas copetnya udah turun," kata Dedi.
Copet di angkot Ibu Kota Jakarta masih merajalela, meski polisi bilang selalu meningkatkan pengamanan terhadap penumpang transportasi massal. Begitu juga pemerintah yang selalu menjanjikan keamanan saat naik angkutan publik. Nyatanya, copet masih bebas bergerilya.