Suara.com - Aksi kejahatan di angkutan umum di Ibu Kota Jakarta masih merajalela. Baru-baru ini, Polres Jakarta Timur menangkap tiga dari lima penjahat spesialis penumpang angkutan umum.
Kejahatan tersebut terjadi di tengah upaya pemerintah mempromosikan angkutan massal agar para pengguna kendaraan pribadi mau pindah ke transportasi publik sehingga kemaceta di Jakarta berkurang.
Tapi, terulangnya kriminalitas di angkutan umum, membuat sebagian besar warga enggan memanfaatkanya karena tak ingin jadi korban berikutnya.
Sebagai informasi kepada masyarakat, banyak modus yang dipakai penjahat di angkutan umum, khususnya pencopet. Seperti yang diceritakan oleh Hidayat (40) kepada Suara.com, Rabu (16/12/2015).
Hidayat pernah menjadi korban aksi komplotan copet. Kejadiannya awal 2015 lalu. Ketika itu, dia naik angkutan umum dari Kampung Melayu, Jakarta Timur.
Saat angkot mulai berjalan, dua penumpang duduknya geser terus sampai Hidayat pun bergeser ke pojokan.
Awalnya, Hidayat tidak menyadari kalau dua lelaki yang duduk di samping dan di depannya itu pencopet.
"Soalnya, tampang mereka seperti pegawai. Mereka seperti tidak saling kenal dan tidak bicara apa-apa," kata Hidayat.
Tak lama kemudian, penumpang yang duduk di samping Hidayat mengeluarkan brosur penawaran barang untuk pijat badan.
"Sambil menawakan barang, dia mempraktikkan memijat bagian kaki saya," kata Hidayat.