Saut Situmorang: Budayakan Antikorupsi dari Hal Kecil

Selasa, 15 Desember 2015 | 05:01 WIB
Saut Situmorang: Budayakan Antikorupsi dari Hal Kecil
Gedung baru Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang masih dalam pengerjaan berdiri megah di Jalan HR Rasuna Said Kav C1, Kuningan, Jakarta, Selasa (17/11). [suara.com/Oke Atmaja]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Calon pimpinan KPK Saut Situmorang mengatakan pembangunan budaya antikorupsi bisa dilakukan dengan hal-hal yang kecil. Hal itu dikatakan dalam fit and proper test di Komisi III, Senin (14/12/2015).

"Selama ini, hal itu tidak pernah dibangun di Indonesia. Di Singapura membangun nilai-nilai kejujuran dan antikorupsi dari hal-hal yang kecil," kata Saut.

Dicontohkannya, mantan Perdana Menteri Singapura, mendiang Lee Kuan Yew membangun sikap antikorupsi dari hal yang kecil. Kata dia, bila Lee Kuan Yew menanam mangga di satu taman, maka siapapun tidak boleh mengambil mangga itu bila jatuh.

 "‎Selama ini persoalan utama kita adalah sistem yang belum beres. Harus ada peraturan sebagai system of norm, UU perilaku, dan UU sebagai sistem nilai atau value," ujar dia.

Karenanya, sambung dia, KPK ke depan harus terlibat dengan upaya membangun aturan norma itu, ‎upaya integratif menata perilaku, dan memelihara nilai yang ada.

 "Beri saya waktu empat tahun, saya akan bereskan itu," ujar dia.

"Kalau system of norm dan sistem perilakunya berjalan, jadi ke depan, kalau ada petugas taman mellihat orang buang sampah atau petugas melihat ada melanggar busway, jangan dibiarkan. Itu akan menjadi bibit prilaku greedy di masa depan," kata Saut.

Sementara jika terpilih menjadi pimpinan KPK, Saut akan membuat basis data dalam jumlah besar untuk mengetahui kerugian negara akibat penyelewengan Pajak. Data ini akan dia bangun ketika dia terpilih menjadi pimpinan KPK. Saut menjamin, sistem data seperti ini bisa dibangun dalam jangka waktu ‎1,5 tahun.

"Saya akan ‎bangun data besar sehingga tahu Pajak itu berapa banyak yang dimainkan, batu baru itu sebesar apa yang menjadi kerugian. Kita tidak akan tahu kalau tidak punya data," kata Saut.

Dia mencontohkan, soal kasus Freeport, data yang memadai akan memudahkan untuk mengetahui seberapa besar kerugian negara yang ditimbulkan. Tidak hanya Freeport, dia berharap data ini juga bisa menghitung seberapa besar kerugian negara akibat pencurian ikan akibat ilegal fishing.

Selain untuk mengetahui kerugian negara, data ini juga bisa dimanfaatkan untuk menjalan fungsi pencegahan juga. "‎Dalam impian saya, saya ingin punya super computer yang membuat perhitungan rumit," tambah dia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI