Suara.com - Angin kencang yang disertai dengan hujan ringan melanda wilayah Kota Lhokseumawe, Provinsi Aceh dan sekitarnya, Minggu (13/12/2015). Saat ini di sana sudah masuk musim hujan.
Prakirawan Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Statisun Lhokseumawe, Kharendra Muiz mengatakan, gejala cuaca tersebut berpotensi terus terjadi karena sudah memasuki puncak musim hujan.
"Menurut perkiraan, gejela cuaca tersebut masih terus terjadi karena secara umum wilayah Lhokseumawe dan sekitarnya telah memasuki puncak musim hujan. Biasanya angin kencang itu hanya sifat lokal saja," ujar Kharendra Muiz.
Kharendra menambahkan penyebab utama terjadinya angin kencang tersebut karena adanya pembentukan awan-awan cumulonimbus atau awan CB. Awan ini mengakibatkan adanya pusaran angin dan intensitas petir lebih banyak.
Selain itu juga sangat berpotensi terjadinya angin puting beliung dengan kencepatanya mencapai lebih dari 20 knot dan bisa merusak bangunan, atau bisa menyebabkan terjadinya pohon tumbang.
"Saat cuaca seperti ini, masyarakat harus lebih waspada dan berhati-hati karena setiap saat bisa terjadi angin kencang yang disertai dengan hujan lebat, begitu juga dengan petir bisa sering terjadi," kata Kharendra.
Angin kencang yang disertai dengan hujan tersebut, lebih sering terjadi saat sore menjelang malam dan saat dini hari menjelang pagi. Meskipun demikian, saat siang hari bisa juga terjadi.
BMKG Stasiun Lhokseumawe mengimbau masyarakat untuk lebih hati-hati, apabila sudah melihat awan menjadi gelap, maka lebih baik berada di dalam rumah dan jangan berdiri di bawah pohon.
"Kalau cuaca seperti ini, lebih baik masyarakat beraktivitas didalam rumah saja, karena potensi angin kencang dan petir sangat sering terjadi. Jangan pernah berdiri di pohon karena bisa menyebabkan tumbang atau tersambar petir," ungap Karendra Muiz.
Sementara di Kabupaten Aceh Barat Daya (Abdya), ada 5 jembatan ambruk diterjang banjir. Ini akibat hujan deras menguyur kawasan tersebut sepanjang Jumat (11/12/2015) hingga Sabtu (12/12/2015) malam.
Kepala Dinas Pekerjaan Umum Abdya, Rahwadi di Blangpidie mengatakan lima jembatan permanen yang telah ambruk tersebut berada di Kecamatan Setia, Lembah Sabil dan Kecamatan Manggeng. Jembatan permanen penghubung antara Desa Ujung Tanah ke Desa Kuta Murni, Kecamatan Setia, yang panjangnya sekitar 40 meter, ambruk ke sungai Krueng Suak, sehingga hubungan darat antar desa menjadi terputus.
Bukan saja jembatan permanen itu yang ambruk, akan tetapi jembatan penghubung yang terletak di Desa Lhang, kecamatan yang sama juga sudah ambruk, selain tidak bisa lagi dilalui masyarakat, spon air irigasi yang berada di bawah jembatan Lhang tersebut juga sudah hancur bersamaan dengan jembatan.
Selain itu, lanjutnya, dua jembatan permanen yang menghubungkan antar desa di kawasan Pante Raja, Kecamatan Manggeng, juga telah ambruk pada Sabtu malam diterjang air deras termasuk jembatan permanen di Desa Kuta Paya, Kecamatan lembah Sabil yang hingga kini tidak bisa lagi dilewati oleh masyarakat.
"Kalau tanggul dan saluran irigasi, hampir 75 persen mengalami kerusakan, termasuk badan jalan kawasan Drien Leukiet, Kecamatan Kuala Batee, putus total dengan panjang sekitar 60 meter," katanya.
Sedangkan data sementara yang diperoleh pada Badan Penangulangan Bencana Kabupaten (APBK) Abdya, sebanyak 18 unit rumah warga Abdya dilaporkan hanyut terbawa arus banjir dan 329 kepala keluarga atau 14,874 jiwa mengungsi ke masjid dan rumah famili.
Menurut Kepala BPBK Abdya, Anwar Daud, 18 rumah warga yang terbawa arus banjir tersebut terdapat di Kecamatan Lembah Sabil, sebanyak 10 unit, di Kecamatan Babahrot 7 unit dan satu unit lagi rumah warga Kecamatan Setia.
"Kalau rumah warga yang rusak ringan lebih dari 30 unit. Belum lagi sarana dan prasarana pemerintah lainnya juga cukup banyak mengalami kerusakan," ujarnya.
Bantuan tanggap darurat telah disalurkan oleh pihak Dinas Sosial, begitu juga dengan pembersihan lumpur di badan jalan nasional, tempat-tempat ibadah sudah mulai dilakukan oleh tim BPBK dengan mengunakan mobil pemadam, katanya. (Antara)