Remaja Indonesia Ini Mengubah Perspektif Tentang Islam di Inggris

Esti Utami Suara.Com
Minggu, 13 Desember 2015 | 10:31 WIB
Remaja Indonesia Ini Mengubah Perspektif Tentang Islam di Inggris
Ilustrasi menulis (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Remaja putri Indonesia, Layyina Tamanni yang baru berusia 15 tahun meraih penghargaan dari anggota Parlemen Colchester, Inggris. Tulisannya yang menyuarakan bahwa Islam itu tidak identik dengan kekerasan apalagi terorisme, menjadi pemenang utama dan meraih penghargaan dari anggota Parlemen Colchester, Inggris.

Layyina mengalahkan teman-temannya dari berbagai sekolah di Colchester melalui artikel yang dipublikasikan di Koran Gazette dan media online. Ia merasa sangat bahagia saat menerima hadiah berupa Amazon Fire DH8 dan Amazon Voucher untuk sekolahnya, Gilberd School, demikian ibunda Layyina Tamanni, Murniati Mukhlisin, kepada Antara London, Minggu (13/12/2015).

Layyina Tamanni mendapatkan First Prize dari Tutor Doctor Colchester North, yang bertempat di kantor berita Gazette, Colchester, Inggris, dalam acara pemberian hadiah tahunan yang diserahkan oleh anggota parlemen untuk Kota Colchester, Will Quince.

Layyina menyampaikan bahwa ia menulias artikel itu karena didorong oleh berita di media tentang buruknya citra Islam. Sebagai seorang muslim, ia ingin menyuarakan bahwa Islam itu tidak identik dengan kekerasan apalagi terorisme. Artikel yang ditulis Layyina akan dipublikasikan di Koran Gazette dan di media online lainnya.

"Kejadian di London mengenai penghinaan terhadap muslimah di dalam bus, dan ia dituding sebagai anggota ISIS sangat keterlaluan karena tuduhan tersebut mengeneralisasi bahwa muslim itu jahat," kata Layyina saat menerima penghargaan.

Anak sulung dari tiga bersaudara ini menambahkan, walaupun di sekolahnya dia tidak belajar Islam, namun orangtuanya dan pengajian komunitas Indonesia di tempat Layyina tinggal sering memberikan pencerahan bahwa Islam mengajarkan kebaikan, kedamaian, kerukunan.

"Ayah dan ibu saya selalu menyarankan kami agar bersikap ramah kepada tetangga, teman-teman non-muslim dan memperlihatkan bahwa kami baik hati," kata Layyina.

Ketika bersekolah di SIT Fajar Hidayah, Layyina, menunjukkan hasil survei dalam artikelnya bahwa sejak serangan 11/9, hanya tujuh persen Muslim itu digolongkan radikal sedangkan 93 persen lagi adalah Muslim yang cinta damai. Poin itu menjadi salah satu poin terbesar dalam penilaian lomba jurnalisme yang diikutinya kali ini.

Saat ini ia tengah menyelesaikan rancangan buku tentang cerita fiksi mengenai pemanasan global. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI