Burundi Kembali Memanas, 87 Orang Tewas Dibantai

Ruben Setiawan Suara.Com
Minggu, 13 Desember 2015 | 01:46 WIB
Burundi Kembali Memanas, 87 Orang Tewas Dibantai
Warga berkerumun di dekat jenazah seorang lelaki yang tewas dalam pembantaian di Bujumbura, Burundi, (9/12). (Reuters)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sedikitnya 87 orang tewas terbunuh dalam kekacauan politik yang terjadi di Burundi, Afrika, Jumat (11/12/2015). Peristiwa ini merupakan yang terparah sejak terjadinya upaya kudeta pada bulan Mei.

Letusan senjata terdengar di seluruh sudut Bujumbura, ibu kota Burundi, pada hari Jumat (11/12/2015). Hingga Sabtu (12/12/2015) suasana masih mencekam, tentara masih terlihat berpatroli di jalanan kota.

Aksi kekerasan terjadi sehari setelah pemerintah mengumumkan soal adanya kelompok tak dikenal yang melakukan tiga serangan terkoordinasi terhadap target-target militer. Juru bicara militer Kolonel Gaspard Baratuza mengklaim telah menewaskan 79 anggota kelompok dan menangkap 45 lainnya. Sementara itu, delapan di antara korban tewas merupakan anggota pasukan keamanan negara tersebut.

"Para anggota kelompok tersebut berupaya mengumpulkan senjata dan amunisi... dan militer telah menumpas mereka dengan serius," kata Baratuza seperti dikutip The Guardian.

Baratuza mengatakan, militer sudah menyita senjata dan amunisi dari mereka.

"Operasi penyisiran telah rampung sekarang," kata Baratuza seperti dikutip Reuters.

Menurut kesaksian warga, beberapa korban tewas dibunuh dengan cara dieksekusi, di mana sebagian diikat tangannya sebelum ditembak mati. Menurut keterangan saksi lain, juga berdasarkan foto-foto yang beredar di media sosial, sebagian korban tewas dieksekusi setelah ditangkap dan dikumpulkan oleh polisi dari rumah-rumah mereka. Kendati demikian, polisi membantah kabar tersebut.

"Mereka (polisi) masuk ke rumah-rumah kami, mengumpulkan seluruh pemuda dan lelaki paruh baya, membawa mereka dan membunuh mereka jauh dari rumah," kata seorang warga bernama Nyakabiga kepada Reuters.

Namun, juru bicara polisi Pierre Nkurikiye mengatakan, tidak ada "korban tambahan". Sementara itu, jubir militer Baratuza mengatakan bahwa mereka yang tewas merupakan para pelaku penyerangan barak militer Ngagara. Setelah gagal melakukan serangan, mereka kabur dan diburu oleh militer

Kekacauan di Burundi dimulai pada bulan April silam saat Presiden Pierre Nkurunziza menyatakan ingin kembali menjabat untuk ketiga kalinya. Beberapa jenderal militer kemudian bersekongkol untuk melakukan kudeta, namun gagal.

Pierre Nkurunziza menjabat sebagai presiden perang saudara 12 tahun antara suku Hutu dan Tutsi berakhir pada tahun 2005. Pierre merupakan pemimpin salah satu kelompok pemberontak Hutu. Sementara, tokoh dari suku minoritas Tutsi menempati beberapa jabatan penting di kemiliteran.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI