Suara.com - Puluhan orang telah tewas dalam serangan Taliban di lapangan terbang sipil dan militer yang dijaga ketat di kota Kandahar, Afghanistan selatan.
Kementerian Pertahanan Afghanistan menyatakan setidaknya 37 orang, termasuk banyak anak-anak, tewas dalam bentrokan. "Selain itu, setidaknya sembilan militan Taliban juga tewas," kata Kementerian Pertahanan.
Sejumlah sandera yang lain berhasil diselamatkan dalam serangan yang memakan waktu 26 jam tersebut. Kini pemerintah menegaskan bahwa tentara Afghanistan sekarang telah kembali memegang kontrol di lapangan terbang.
Pemerintah mengatakan serangan ini merupakan yang terbaru dalri serangkaian penggerebekan ambisius oleh pejuang Taliban. Taliban secara singkat berhasil merebut kota utara Kunduz pada bulan September. Kelompok ini digambarkan sebagai pejuang "pencari syahid" yang telah diluncurkan yang melancarkan perang bagi penduduk sipil maupun tentara.
Serangan itu berlanjut sampai satu pria bersenjata yang telah keluar sendiri selama beberapa jam tewas pada Rabu (9/12/2015).
Menurut salah satu stasiun tv lokal, yakniTolo Berita TV mengatakan pemberontak yang mengenakan seragam militer dan dilengkapi dengan cahaya dan persenjataan berat.
Mereka melanggar gerbang pertama dan kemudian memasuki sebuah gedung sekolah tua, pemadam kebaran dengan pasukan keamanan.
Saksi melaporkan bahwa beberapa militan mengambil keluarga sandera dan menggunakan mereka sebagai tameng manusia. Mereka mengatakan mereka bisa mendengar tentara Afghanistan menyerukan para pejuang untuk membiarkan perempuan dan anak pergi.
Direktur Bandara Kandahar Ahmadullah Faizi mengatakan kepada kantor berita AFP bahwa beberapa penumpang yang menunggu untuk naik pesawat komersial untuk India telah terperangkap di dalam terminal sipil bandara, agak jauh dari pertempuran, selama serangan itu.
US Army Kolonel Michael Lawhorn mengatakan para pejuang Taliban "tidak pernah secara fisik memasuki lapangan terbang". Tidak ada korban koalisi.
Para wartawan mengatakan serangan itu adalah kegagalan keamanan besar karena penyerang mampu untuk menyelundupkan senjata ke daerah seharusnya telah dibuat aman oleh Pasukan Keamanan Nasional Afghanistan (ANSF).
Komandan militer Kandahar Sher Shah mengatakan kepada wartawan bahwa penyadapan radio telah menemukan bahwa beberapa militan berbicara dalam bahasa Urdu - bahasa yang lebih umum di negara tetangga Pakistan. Para pejabat Afghanistan sering menyalahkan Pakistan untuk kerusuhan.
Pihak kelompok Taliban sendiri mengklaim bahwa mereka telah membunuh hingga 80 tentara. Namun angka ini tidak dapat diverifikasi. (BBC)