Suara.com - Setidaknya 32 pejuang Negara Islam tewas dan 40 lainnya cedera di Provinsi Raqqa, Suriah pada hari Minggu (6/12/2015). Peristiwa tersebut terjadi akibat serangkaian serangan udara yang diyakini dilakukan oleh koalisi pimpinan AS yang sejak semula menargetkan anggota ISIS.
Lebih dari 15 ledakan menghantam posisi keberadaan kelompok ISIS di pedesaan Provinsi Raqqa, dan dekat ibukota, kota Raqqa. Observatorium Suriah yang berbasis di Inggris untuk Hak Asasi Manusia mengatakan Raqqa memang basis kelompok ISIS.
Koalisi pimpinan AS mengatakan kemarin mereka telah menghantam Raqqa dan area lain dari utara dan timur Suriah pada hari Minggu (6/12/2015).
Di pusat Suriah, setidaknya terdapat 45 kali serangan udara yang diduga dilakukan oleh Rusia, melanda kota Palmyra, yang juga di bawah kontrol kelompok ISIS. Menurut pengamat, dalam serangan ini korban cedera dilaporkan, terjadi namun tidak ada rincian tentang jumlah korban korban yang tersedia.
Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya telah membom wilayah basis kelompok ISIS di Irak dan Suriah dalam upaya untuk mendorong pemerintah dari kedua negara tersebut mampu mengontrol keadaan.
Inggris sendiri akhirnya memastikan bergabung dengan Koalisi pimpinan AS. Keputusan ini diambil akhir pekan lalu setelah anggota parlemen Inggris menyetujui untuk membom sasaran kelompok ISIS di Suriah. Beberapa jam setelah pemungutan suara di Parlemen Inggris yang menyetujui bergabungnya Inggris, pembom Inggris menyerang ladang minyak pemerintah yang selama ini dikuasai kelompok ISIS dan digunakan untuk mendanai serangan terhadap Barat.
Rusia juga melancarkan serangan udara terpisah di Suriah, yang diluncurkan pada 30 September lalu dalam mendukung sekutunya Presiden Bashar al-Assad. Rusia mengatakan serangan udara menargetkan kelompok ISIS. Tetapi pihak Barat mengatakan sebagian penyerangan yang dilakukan oleh Rusia justru telah memukul kelompok pemberontak yang didukung pihak Barat. (Reuters)