Kamus Ini Diterbitkan untuk Jaga Kerukunan Umat di Indonesia

Rabu, 02 Desember 2015 | 14:37 WIB
Kamus Ini Diterbitkan untuk Jaga Kerukunan Umat di Indonesia
Ilustrasi toleransi beragama. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Awal Desember ini Kementerian Agama meluncurkan Kamus Istilah Keagamaan atau KIK. Kamus ini bertujuan bertujuan memberi pemahaman tentang arti istilah keagamaan yang didefinisikan sesuai dengan ajaran agamanya.

Kamus itu juga untuk melindungi keyakinan umat beragama dari kekeliruan dalam memahami ajaran agama. Kepala Badan Litbang dan Diklat Kementerian Agama, Abdurrahman Mas'ud menjelaskan kamus itu dikeluarkan dilatarbelakangi dari sebuah lokakarya istilah-istilah keagamaan di Bogor pada 2008. Salah satu rekomendasi lokakarya itu disebutkan perlunya disusun sebuah kamus istilah keagamaan.

Istilah keagamaan yang termuat dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) dirasakan belum memenuhi harapan pembaca, baik dari sisi jumlah istilah yang dimuat maupun tingkat ketepatan arti istilah yang didefinisikan. Sementara masyarkat atau umat beragama masih memerlukan pengetahuan dan pemahaman konseptual masalah keagamaan.

"Saya berharap, dengan terbitnya KIK ini umat beragama di Indonesia dapat memperkaya khazanah intelektual," ungkap Abdurrahman.

Kehadiran KIK diyakini mendorong umat beragama untuk meningkatkan pemahamannya tentang berbagai istilah keagamaan.

Sementara Pimpinan redaksi penyusunan KIK, Choirul Fuad Yusuf, menyatakan KIK menyediakan rujukan untuk enam agama: Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Buddha dan Khonghucu.

Masing-masing entri disediakan dalam bab tersendiri (tidak dicampur atau disatukan) untuk memudahkan pencariannya dengan meletakkan urutan sajian istilah keagamaan.

Misalnya, jika seseorang ingin mencari definisi entri `karma', maka bukalah Bab Kamus Istilah Keagamaan Hindu. Begitu juga jika ingin mencari arti kata `critas', maka bukalah Bab Kamis Istilah Keagamaan Katolik, dan seterusnya untuk agama-agama lainnya. Walau tentu saja akan dijumpai banyak istilah keagamaan Katolik dan Kristen memiliki entri dan arti yang mirip bahkan sama.

Menurut Fuad, ada hal penting lain yang harus mendapat perhatian. Yaitu cara membaca kata atau istilah pada masing-masing agama. Hal itu disebabkan faktor perbedaan muasal kata atau istilah keagamaan tersebut, maka masing-masing kata atau istilah memiliki cara baca sendiri sesuai dengan sistem fonologinya.

Dalam KIK Islam, pada kata pengantarnya disebutkan bahwa istilah-istilah keagamaan yang disusun menyangkut bidang-bidang keyakinan (tauhid), hukum (syariat), ritual keagamaan (ibadah), sejarah, lembaga keagamaan, etika/modal (akhlak), hubungan antarsesama (mu'amalat), ekonomi, tradisi keagamaan/kearifan lokal yang ada dalam masyarakat Islam.

Istilah-istilah keagamaan Islam banyak menggunakan bahasa Arab, mengingat ajaran Islam bersumber dari Al-Qur'an, Hadis Nabi, dan kitab-kaitab turats yang menggunakan bahasa Ara. Namun demikian, terdapat pula kata-kata yang mengandung nilai keagamaan berasal dari bahasa lokal.

Berdasarkan hal itu, pencantuman entri yang berasal dari bahasa Arab ditulis dalam kamus ini dengan cara menyertakan tulisan aslinya yang berbahasa Arab dan cara melafalkannya dengan huruf latin. Ali huruf (tansliterasi) yang digunakan mengacu pada Transliterasi Arab-Latin SKB dua menteri, Menteri Agama dan Pendidikan dan Kebudayaan No. 158 Tahun 1987 dan 0543 b/u/1987.

Pada KIK Kristen dikemukakan pula bahwa istilah-istilah yang dituangkan dalam kamus tersebut hanyalah secuil kekayaan dari kebenaran Alkitab yang tidak akan pernah habis-habisnya untuk untuk dipelajari.

Pihak penyusun berharap kamus tersebut dapat menjadi sumber inspirasi baru bagi para pembaca untuk dijadikan sumber pengetahuan keagamaan.

Sedangkan pada KIK Katolik dikatakan pada kata pengantarnya bahwa kamus ini sangat berguna membantu umat memahami secara lebih baik istileh teologi dan keagamaan Katolik.

Sejak 1990, minat umat terhadap teologi dan keagamaan Katolik di Indonesia dapat dikatakan berkembang pesat. Ini tampak dalam publikasi buku-buku teologi yang jumlahnya tidak boleh dikatakan sedikit, juga dalam kursus-kursus dasar teologi yang dimiliki oleh umat beriman pada umumnya.

Gejala ini menggembirakan dan memberi harapan akan berkembangnya teologi umat dan teologi kontekstual yang dicita-citakan, walaupun untuk ini masih dibutuhkan waktu yang panjang.

Bersamaan dengan itu, dirasakan adanya banyak kesulitan untuk memahami dan menggunakan bahasa teologi. Ada banyak istilah teologi dan keagamaan Katolik yang penting dan dasariah yang artinya tidak begitu saja jelas atau bahkan membingungkan.

KIK Katolik ini ditulis untuk menjelaskan istilah kunci yang banyak digunakan dalam teologi, tanpa berpretensi untuk memberikan uraian lengkap mengenai tema-tema teologi.

Diharapkan dengan terwujudnya KIK Katolik akan meningkatkan pemahaman terhadap satu agama, sikap toleransi dan keharmonisan bersama. Tuhan memberkati kita semua. Amin.

Bahasa Sanskerta Istilah-istilah keagamaan Hindu dalam bahasa Indonesia sangat dipengaruhi oleh bahasa Sanskerta yang merupakan bahasa kitab suci Veda dan susastra agama Hindu lainnya.

Di samping itu, entri peristilahan bahasa Indonesia juga mendapat pengaruh kuat dari bahasa Sanskerta karena menurut sejarahnya, bahasa Melayu yang merupakan cikal bakal bahasa Indonesia juga mendapat pengaruh kuat dari bahasa Sanskerta.

Saat bahasa Melayu berkembang sebagai bahasa entitas Melayu, sistem aksara tidak dimiliki. Bahasa Melayu berkembang dalam laras lisan hingga awal menyebarnya pengaruh agama Hindu di kawasan perkembangan bahasa Melayu.

Aksara Dewanagari dan merupakan Pallawa digunakan untuk menuliskan bahasa Melayu kuna, yang merupakan indikasi bahwa bahasa Melayu mendapat pengaruh yang instans dari bahasa Sanskerta.

Agama Hindu dan agama Buddha yang berkembang di Semenanjung Melayu pada saat itu mempengaruhi pula perkembangan bahasa Melayu Kuna. Bahasa Sanskerta yang digunakan di kalangan bangsawan menyebabkan bahasa Melayu juga dipengaruhi secara intens.

Teks-teks agama Hindu ada juga ditulis dalam bahasa Melayu Kuna selain dalam bahasa Jawa Kuna, Sunda dan Bali selain dalam tradisi lisan yang terdapat di seluruh kawasan Nusantara, seperti dalam bahasa Kaharingan di Kalimantan, bahasa Batak di Sumatera Utara, bahasa Toraja di Sulawesi Selatan dan bahasa Badui di Jawa Barat.

Karena itu, menyusun KIK Hindu dalam Bahasa Indonesia tidak mudah, terutama dalam mengidentifikasi istilah bahasa Indonesia yang merupakan istilah agama Hindu yang diserap dari bahasa Sanskerta Archipelago, Melayu Kuna, Jawa Kuna dan bahasa Sanskerta, seperti yang digunakan dalam kitab suci Veda dan susastra Hindu lainnya dalam berbagai bahasa Nusantara dan bahasa dalam tradisi lisan.

Kompleksitas masalah itu tidak akan dibahas pada pedoman umum membaca KIK Hindu. Pedoman umum ini tidak memuat masalah yang berkaitan dengan asal-usul kata, perbedaan artinya dengan kata sal, sumber rujukan, bentuk dasarnya, bentuk jadinya, perubahan pemakainya atau perkembangannya dalam segi semantik. Pembaca hanya dipandu untuk memahami bagaimana cara membaca setiap entri istilah yang dimuat dalam KIK Hindu, khususnya berkaitan dengan bahasa Sanskerta.

Pada kata pengantar KIK Buddha, tim penulisnya menyatakan bahwa konsep atau istilah dapat saja sama pada agama lain, tetapi memiliki definisi, makna, pengertian, dan akutalisasi yang berbeda dalam agama tertentu.

Hal ini tidak dapat dianggap identik dan sama. Dengan demikian, istilah itu akan memperkaya khazanah keagamaan dan membuka secara luas kesempatan untuk saling memahami suatu konsep yang baru diperoleh dari agama lain yang dianut. Sikap membuka diri pemeluk agama akan lebih terbuka dalam rangka memperkaya diri.

Agama Buddha sudah dianut oleh masyarakat Indonesia sejak sebelum kemerdekaan. Hal itu dimulai dengan datangnya Bhikkhu Narada dari Srilanka pada tahun 1936. Bahkan sejak zaman Kerajaan Majapahit Kuna, Sriwijaya dan Majapahit, agama Buddha berkembang cukup baik sehingga konsep dan istilah keagamaan Buddha sejak itu pula sudah digunakan oleh masyarakat secara luas.

Banyak istilah Buddha berbahasa Pali yang digunakan untuk nama gunung, kota, desa, oang, jalan dan lain-lain.

Agama Buddha banyak mewarnai kehidupan masyarakat berupa budaya dan tradisi yang baik dan bermanfaat sehingga memberikan kemudahan untuk mengerti dan memahami suatu konsep dan istilah keagamaan Buddha. Dengan adanya KIK Buddha, pemahaman terhadap suatu agama dan sikap toleransi, kerukunan beragama dan keharmonisan bersama makin meningkat. Sang Tiratana memberkahi. Sadhu.

Secara khusus tim penulis istilah keagamaan Khonghucu menyatakan bahwa entri yang digunakan terdiri atas entri berbahasa Indonesia, entri berbahasa Tionghoa eialek Hokkian dan entri transliterasi bahasa Tionghoa bersistem internasional.

Entri dialek Hokkian tidak diberikan/dipandukan cara melafal, disamping karena Matakin tidak mengacu pada suatu sistem pelafalan dialek Hokkian tertentu, juga karena pada praktiknya entri ini telah dilafalkan oleh umat dengan bebas sesuai penulisannya.

Dalam KIK Khonghucu diperkenalkan sistem pelafalan bantuan yang merupakan panduan praktis bagi pembaca KIK Khonghucu agar pengguna dapat membaca entri transliterasi dengan bunyi yang lebih tepat. Dalam KIK ini juga disertai kode-kode fonetik dalam sistem pelafalan bantuan. (Antara)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI