Suara.com - Politisi PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari mengaku geli dengan sejumlah menteri atau pimpinan lembaga negara yang selalu memakai Nawa Cita dan Trisakti sebagai legitimasi untuk kebijakan mereka. Padahal, sebagian kebijakan mereka jauh dari semangat Nawa Cita dan Trisakti.
"Ini memang jadi beban ideologis PDI Perjuangan. Kita ingin memastikan strategi trisakti dan nawacita harus digunakan dalam policy pemerintah, tata pemerintah. Tapi banyak menteri yang menggunakan Nawa Cita atau Trisakti sebagai judgement, agak geli juga. Ini kok utang atas nama Nawa Cita, impor pakai nama Nawa Cita," kata Eva Sundari dalam diskusi bertema Bersih-bersih Kabinet, Menggusur Menteri Anti Nawa Cita dan Trisakti di Restoran Dua Nyonya, Jalan Cikini Raya, Cikini, Jakarta Pusat, Minggu (29/11/2015).
Nawa Cita dalam konteks ini merujuk pada visi-misi yang dipakai Joko Widodo dan Jusuf Kalla ketika kampanye di Pilpres 2014. Dalam visi misi dipaparkan sembilan agenda pokok untuk melanjutkan semangat perjuangan dan cita-cita Sukarno yang dikenal dengan istilah Trisakti, yakni berdaulat secara politik, mandiri dalam ekonomi, dan berkepribadian dalam kebudayaan.
Eva Sundari menilai kebijakan sejumlah menteri Kabinet Kerja masih mengedepankan kepentingan sendiri dibandingkan kepentingan masyarakat.
"Akhirnya Nawa Cita dan Trisakti dikalahkan, kedepankan interest mereka, ini gangguan," katanya.
Eva mengungkapkan PDI Perjuangan selalu memonitor dan mengevaluasi kebijakan Kabinet Kerja.
Jangankan menjalankan semangat Nawa Cita, sejumlah menteri disebut Eva tidak memahaminya.
"Gagasan Nawa Cita ini dipahami nggak? Jangan hanya legitimasi, tapi ruh Nawa Cita tidak dijelaskan. Ini (Nawa Cita dan Trisaksti) dijadikan pembenaran. Kami jeli awasi itu," ujar dia.