Turki dan Rusia Perang Kata-kata Usai Penembakan Jet Tempur

Tomi Tresnady Suara.Com
Jum'at, 27 November 2015 | 23:28 WIB
Turki dan Rusia Perang Kata-kata Usai Penembakan Jet Tempur
Presiden Turki Tayyip Erdogan. (Reuters/Murad Sezer)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan telah memperingatkan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk tidak 'bermain api' setelah negaranya menembak jatuh jet tempur Rusia.

Erdogan juga mengatakan dirinya ingin bertatap langsung dengan Putin saat membicarakan masalah iklim di Paris.

Putin sendiri ingin permintaan maaf dari Turki sebelum dia akan berbicara dengan Erdogan, kata ajudan presiden Rusia.

Menteri Luar Negari Rusia juga telah mengumumkan memutuskan untuk menangguhkan bebas visa untuk Turki.

Turki mengklaim jet tempur Rusia berada di wilayahnya saat ditembak, namun Rusia bersikeras pesawatnya terbang di atas Suriah.

"Saya ingin bertemu (Putin) tatap muka di Paris," kata Erdogan dalam pidatonya di televisi.

""Saya ingin membawa masalah ini ke titik yang wajar. Kami terganggu bahwa masalah telah meningkat," lanjutnya.

Dia juga mengatakan Turki tidak ingin merusak hubungan dengan Rusia. Namun, menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov memberingatkan bahwa insiden parah bisa merusak kepentingan Turki.

Turki dan Rusia sendiri punya hubungan ekonomi yang penting. Rusia adalah mitra dagang terbesar kedua Turki, sementara lebih dari 3 juta wisatawan Rusia mengunjungi Turki pada tahun lalu.

Rusia pada Kamis (26/11) mengatakan pihaknya menyusun daftar luas sanksi ekonomi terhadap Turki yang akan memukul impor makanan dan proyek-proyek investasi.

Jet Rusia SU-24 ditembak pada Selasa (24/11) dan jatuh menabrak sebuah gunung di daerah yang dikuasai pemberontak di dekat perbatasan Turki.

Salah satu dari dua pilot Rusia tewas ditembak dari darat saat terjun pakai kursi pelontar usai jet terbakar. Pilot lainnya diselamatkan oleh pasukan khusus Rusia dan Suriah.

Militer Turki mengatakan pihaknya sudah mengirimkan sejumlah peringatan ke Rusia sebelum menembakkan rudal, sekitar 17 detik setelah pesawat memasuki wilayah udara Turki.

Pilot Rusia yang masih hidup mengatakan dirinya tidak menerima peringatan tersebut dan bersikeras jetnya tidak keluar dari ruang udara Suriah.

Setelah insiden itu, Turki dilaporkan menghentikan serangan udara terhadap militan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS) sebagai bagian dari "keputusan bersama yang diambil dengan Rusia, yang juga telah menghentikan kampanye udara dekat perbatasan Turki".

ISIS mengklaim 13 serangan yang mereka lakukan di Paris menewaskan 130 orang dan kelompok yang berafiliasi dengan ISIS telah menyatakan telah membom sebuah pesawat Rusia pada Oktober hingga menewaskan semua penumpangnya sebanyak 224 orang.

Namun, Rusia dan Turki telah mengejar tujuan yang berbeda di Suriah. Rusia telah melakukan serangan udara terhadap penentang Presiden Bashar al-Assad sejak akhir September.

Sedangkan Turki yang merupakan anggota dari koalisi pimpinan AS, menegaskan Assad harus mundur sebelum solusi politik terhadap krisis ditemukan. (BBC)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI